#NulisRandom2017 Day 9: Coass Life (Part 7): Wisata Kuliner di Siklus Radiologi dan Mujizat Keberuntungan di Siklus Bedah
Akhirnya terkejar juga postingnya! Belum lewat jam 12 malam, kan? Yuk, langsung saja daripada sudah lewat tanggal 9, hehehe:
Radiologi
Radiologi ini diawali bulan Ramadhan, lalu Lebaran. Jadi, ada extend 1 minggu untuk libur Lebaran. Saya mendapatkan untuk 3 minggu pertama di sebuah rumah sakit di ujung Kelapa Gading, dan 3 minggu berikutnya di rumah sakit pendidikan utama.
Rumah sakit di Kelapa Gading ini terkenal akan fasilitasnya yang lengkap. Ada mesin PET-CT Scan di sini, dimana tidak semua rumah sakit di Jakarta memilikinya. Selain itu, ada juga CT Scan, MRI, dan sinar X. Jadi, kami belajar dari cukup banyak fasilitas radiologi di sini. Sayangnya, saat itu tutor yang kami dapatkan tidak terlalu banyak, karena dokternya sedang cukup sibuk juga. Tapi tak apalah. Saya, yang awalnya sangat tidak suka radiologi, agak sedikit berubah pikiran ketika di sini. Semoga bukan hanya kesenangan sesaat atau apa, karena fasilitas yang memang wow.
Karena di Kelapa Gading yang dekat dengan rumah saya dan merupakan pusat wisata kuliner, saya dan sesama teman saya yang menjalani kepaniteraan di sini tidak lupa berwisata kuliner setiap harinya. Kuliner saya di Kelapa Gading sebagian besar sudah saya tuliskan di akun Zomato saya. Dicek ya, akun @shinyurihara *promosi
Bedah
Kalau boleh jujur, ini siklus paling berkesan. Awalnya, saya biasa saja terhadap ilmu bedah, malah cenderung tak suka, karena saya tak terlalu suka anatomi. Dan lagi, saya merasa saya cenderung tidak berbakat di bedah. Jadi, di siklus yang berdurasi 10 minggu ini, pada 4 minggu pertama junior saya merasa tidak terlalu tertarik. Apalagi selain ada pos bangsal, pos poli, pos kamar operasi, ada pula pos IGD. Saya kurang suka di IGD, karena, ya .... saya kurang suka akan hal yang sifatnya gawat darurat seperti itu. Mungkin ada sebagian koas yang menyukai IGD, tapi sayang saya tidak termasuk.
4 minggu pertama ini sebenarnya cukup berat karena kegiatannya yang lumayan padat bahkan sampai malam hari, dan tekanan yang didapatkan selama 4 minggu. Namun, ada 2 hari diantara 4 minggu itu dimana kita ditugaskan pergi ke rumah sakit tempat saya menjalani siklus radiologi di Kelapa Gading. Operasi di sana kebanyakan baru mulai sore hari, jadi pada pagi hari relatif santai, dan itu artinya bisa berwisata kuliner lagi.
Ada hal yang membuat saya terkesan di siklus ini. Semua berawal dari ketika saya sedang di rumah sakit di Kelapa Gading, dimana pengundian tempat senior akan dilakukan. Singkat cerita, saya dan salah satu teman saya yang juga sedang di Kelapa Gading dikabarkan tidak kemana-mana, alias tetap di rumah sakit pendidikan utama.
Saya langsung bingung saat itu, dan awalnya menolak kenyataan. Senior akan ditugaskan di IGD seharian tiap kali jaga, dan menginap di IGD. Juga ada pos IGD selama satu minggu penuh. Senior juga mengikuti dokter-dokter pembimbing. Dan dengan saya yang merasa inferior di siklus bedah ini, saya bingung bagaimana saya bisa melewati 5 minggu senior.
Semua berubah di hari Selasa, H-5 keberangkatan senior. Diumumkan bahwa hasil pembagian tempat senior diubah, dan saya mendapatkan tempat senior di Bandung bersama dua adik kelas saya. Saya sebelumnya memang sempat berpikir untuk memilih Bandung karena mendengar cerita dari teman saya bahwa Bandung cukup banyak belajar dan lumayan bagus rumah sakitnya, dan tidak terlalu banyak yang memilih Bandung. Tapi, akhirnya saat akan pengundian, saya memilih Sukabumi dan kalah undian. Akhirnya,saya pun memilih untuk menginap di sebuah panti werda di kawasan rumah sakit di Bandung tersebut bersama adik kelas saya itu, karena apartemen di situ sewanya cukup mahal.
Saya jadi berangkat ke Bandung. Area rumah sakitnya ternyata di luar ekspektasi saya. Jalannya cukup kecil dan ada di tengah pasar. Namun, saat sampai di dalam, rasanya seperti di dalam rumah retret. Apalagi ada gereja yang bersebelahan dengan panti werda. Benar-benar seperti sedang retret selama 5 minggu. Setiap harinya, di panti werda itu disiarkan secara live misa yang diadakan di gereja, sehingga nenek-nenek di panti werda itu dapat mengikuti misa. Jadi, karena jendela kamarnya terbuka agar udara dingin juga dapat masuk, pagi hari secara tidak langsung saya mengikuti misa setiap harinya. Pun pada sore hari, ada lagu rohani yang diputar, walau kadang juga diputar tembang lawas Indonesia. Suasananya benar-benar ngangenin.
Tidak hanya panti werdanya, rumah sakitnya juga tak terlupakan. Rumah sakitnya tak terlalu luas, namun cukup asri. Mirip dengan Carolus. Dan dokter-dokter pembimbing di sini maupun dokter jaga IGD sangat baik dan perhatian. Saya bahkan diajari banyak hal sedari awal, seperti membuat jahitan bedah dengan berbagai teknik hingga hal-hal terkait keilmuan di bedah. Oh ya, dan sudahkah saya bilang bahwa setiap harinya ada makan siang cuma-cuma?
Selama di Bandung, saya cukup sering wisata kuliner selesai kegiatan, termasuk ketika jaga, karena layanan transportasi online sudah menjamur di Bandung saat itu sehingga tidak kesulitan memesan makanan. Semuanya saya bahas di akun PergiKuliner saya. Silakan dibaca di @shinyurihara *promosi lagi
5 minggu di Bandung berjalan begitu cepat dan mengesankan. Saya belajar banyak hal, baik yang terkait dengan ilmu bedah, maupun belajar untuk bersyukur dan percaya akan rencana Tuhan selalu diberikan yang terbaik. Sampai akhirnya ketika saya ujian di Jakarta selama 1 minggu terakhir, dan mengakhiri siklus ini.
Radiologi
Radiologi ini diawali bulan Ramadhan, lalu Lebaran. Jadi, ada extend 1 minggu untuk libur Lebaran. Saya mendapatkan untuk 3 minggu pertama di sebuah rumah sakit di ujung Kelapa Gading, dan 3 minggu berikutnya di rumah sakit pendidikan utama.
Rumah sakit di Kelapa Gading ini terkenal akan fasilitasnya yang lengkap. Ada mesin PET-CT Scan di sini, dimana tidak semua rumah sakit di Jakarta memilikinya. Selain itu, ada juga CT Scan, MRI, dan sinar X. Jadi, kami belajar dari cukup banyak fasilitas radiologi di sini. Sayangnya, saat itu tutor yang kami dapatkan tidak terlalu banyak, karena dokternya sedang cukup sibuk juga. Tapi tak apalah. Saya, yang awalnya sangat tidak suka radiologi, agak sedikit berubah pikiran ketika di sini. Semoga bukan hanya kesenangan sesaat atau apa, karena fasilitas yang memang wow.
Karena di Kelapa Gading yang dekat dengan rumah saya dan merupakan pusat wisata kuliner, saya dan sesama teman saya yang menjalani kepaniteraan di sini tidak lupa berwisata kuliner setiap harinya. Kuliner saya di Kelapa Gading sebagian besar sudah saya tuliskan di akun Zomato saya. Dicek ya, akun @shinyurihara *promosi
Bedah
Kalau boleh jujur, ini siklus paling berkesan. Awalnya, saya biasa saja terhadap ilmu bedah, malah cenderung tak suka, karena saya tak terlalu suka anatomi. Dan lagi, saya merasa saya cenderung tidak berbakat di bedah. Jadi, di siklus yang berdurasi 10 minggu ini, pada 4 minggu pertama junior saya merasa tidak terlalu tertarik. Apalagi selain ada pos bangsal, pos poli, pos kamar operasi, ada pula pos IGD. Saya kurang suka di IGD, karena, ya .... saya kurang suka akan hal yang sifatnya gawat darurat seperti itu. Mungkin ada sebagian koas yang menyukai IGD, tapi sayang saya tidak termasuk.
4 minggu pertama ini sebenarnya cukup berat karena kegiatannya yang lumayan padat bahkan sampai malam hari, dan tekanan yang didapatkan selama 4 minggu. Namun, ada 2 hari diantara 4 minggu itu dimana kita ditugaskan pergi ke rumah sakit tempat saya menjalani siklus radiologi di Kelapa Gading. Operasi di sana kebanyakan baru mulai sore hari, jadi pada pagi hari relatif santai, dan itu artinya bisa berwisata kuliner lagi.
Ada hal yang membuat saya terkesan di siklus ini. Semua berawal dari ketika saya sedang di rumah sakit di Kelapa Gading, dimana pengundian tempat senior akan dilakukan. Singkat cerita, saya dan salah satu teman saya yang juga sedang di Kelapa Gading dikabarkan tidak kemana-mana, alias tetap di rumah sakit pendidikan utama.
Saya langsung bingung saat itu, dan awalnya menolak kenyataan. Senior akan ditugaskan di IGD seharian tiap kali jaga, dan menginap di IGD. Juga ada pos IGD selama satu minggu penuh. Senior juga mengikuti dokter-dokter pembimbing. Dan dengan saya yang merasa inferior di siklus bedah ini, saya bingung bagaimana saya bisa melewati 5 minggu senior.
Semua berubah di hari Selasa, H-5 keberangkatan senior. Diumumkan bahwa hasil pembagian tempat senior diubah, dan saya mendapatkan tempat senior di Bandung bersama dua adik kelas saya. Saya sebelumnya memang sempat berpikir untuk memilih Bandung karena mendengar cerita dari teman saya bahwa Bandung cukup banyak belajar dan lumayan bagus rumah sakitnya, dan tidak terlalu banyak yang memilih Bandung. Tapi, akhirnya saat akan pengundian, saya memilih Sukabumi dan kalah undian. Akhirnya,saya pun memilih untuk menginap di sebuah panti werda di kawasan rumah sakit di Bandung tersebut bersama adik kelas saya itu, karena apartemen di situ sewanya cukup mahal.
Saya jadi berangkat ke Bandung. Area rumah sakitnya ternyata di luar ekspektasi saya. Jalannya cukup kecil dan ada di tengah pasar. Namun, saat sampai di dalam, rasanya seperti di dalam rumah retret. Apalagi ada gereja yang bersebelahan dengan panti werda. Benar-benar seperti sedang retret selama 5 minggu. Setiap harinya, di panti werda itu disiarkan secara live misa yang diadakan di gereja, sehingga nenek-nenek di panti werda itu dapat mengikuti misa. Jadi, karena jendela kamarnya terbuka agar udara dingin juga dapat masuk, pagi hari secara tidak langsung saya mengikuti misa setiap harinya. Pun pada sore hari, ada lagu rohani yang diputar, walau kadang juga diputar tembang lawas Indonesia. Suasananya benar-benar ngangenin.
Tidak hanya panti werdanya, rumah sakitnya juga tak terlupakan. Rumah sakitnya tak terlalu luas, namun cukup asri. Mirip dengan Carolus. Dan dokter-dokter pembimbing di sini maupun dokter jaga IGD sangat baik dan perhatian. Saya bahkan diajari banyak hal sedari awal, seperti membuat jahitan bedah dengan berbagai teknik hingga hal-hal terkait keilmuan di bedah. Oh ya, dan sudahkah saya bilang bahwa setiap harinya ada makan siang cuma-cuma?
Selama di Bandung, saya cukup sering wisata kuliner selesai kegiatan, termasuk ketika jaga, karena layanan transportasi online sudah menjamur di Bandung saat itu sehingga tidak kesulitan memesan makanan. Semuanya saya bahas di akun PergiKuliner saya. Silakan dibaca di @shinyurihara *promosi lagi
5 minggu di Bandung berjalan begitu cepat dan mengesankan. Saya belajar banyak hal, baik yang terkait dengan ilmu bedah, maupun belajar untuk bersyukur dan percaya akan rencana Tuhan selalu diberikan yang terbaik. Sampai akhirnya ketika saya ujian di Jakarta selama 1 minggu terakhir, dan mengakhiri siklus ini.
Komentar