#NulisRandom2017 Day 8: Coass Life (Part 6): Santainya Siklus Mata dan Menjalani Ramadhan di Siklus Anak
Tanpa menunggu lama, yuk, lanjut ke cerita siklus selanjutnya saja!
Mata
Siklus yang kalau dipikir-pikir lagi, merupakan siklus kedua tersantai selama kepaniteraan setelah gigi dan mulut. Setiap hari kegiatannya hanya poli yang dimulai di atas jam 8 pagi dan selesai sebelum jam 2 siang. Malah, terutama kalau hari Jumat, poli bisa hanya satu setengah jam saja. Kadang-kadang ada operasi di sore hari dan tutor di malam hari, tapi secara keseluruhan sangat santai dan banyak waktu menganggur. Saya sampai sempat membuat ringkasan catatan untuk siklus anak dan melakukan revisi dua naskah novel saya (yang sayangnya sampai detik ini saya belum mengirimkannya lagi ke penerbit manapun) di siklus mata ini.
Siklus mata saya jalani di Sukabumi. Berbeda dengan siklus jiwa, di siklus ini saya menempati kosan yang memang sudah disediakan oleh pihak universitas saya. Jadi, saya tidak perlu membayar lagi. Sebenarnya kosannya cukup nyaman dan besar juga dekat dari rumah sakit, namun satu kamar dihuni lebih dari satu orang (kalau lagi sepi, sebenarnya bisa satu kamar sendirian juga, sih), dan tidak ada air panas. Sedangkan saya orang yang kalau belajar harus sendirian, dan di cuaca dingin seperti Sukabumi, butuh mandi air panas karena saya tipe orang yang tidak tahan dingin (di mal atau mobil saja kadang bisa menggigil). Untungnya, siklus ini cukup santai dan masuknya cukup siang sehingga saya tidak terlalu masalah dengan air panas dan sekamar tidak sendirian.
Karena cukup santai dan sudah cukup mengenal Sukabumi, maka siklus ini saya isi dengan cukup banyak wisata kuliner, baik yang saya lakukan sendiri maupun bersama teman saya. Apa saja wisata kuliner di Sukabumi? Di entri-entri selanjutnya akan saya bahas, deh.
Anak
Salah satu siklus yang katanya menjadi kandidat siklus paling berat selain bedah. Siklus ini berdurasi 10 minggu, dan saat saya menjalani siklus ini kurang lebih setahun lalu dari saat saya menulis entri ini, seluruh koas dibagi menjadi 2 pos, yaitu pos bangsal anak dan bangsal neonatus (bayi baru lahir). Seperti siklus sebelumnya, masa junior saya habiskan di rumah sakit pendidikan utama, kali ini selama 4 minggu. Jadi, 2 minggu pertama saya habiskan di bangsal anak dan 2 minggu sisanya di bangsal neonatus. Setelah itu 5 minggu senior, dan 1 minggu terakhir untuk ujian. Karenanya, banyak yang harus dipelajari di siklus ini.
Setiap paginya kami masuk jam 4 pagi, follow up pasien, lalu menjalani laporan pagi yang dibawakan oleh yang jaga pada malam sebelumnya. Belum lagi kegiatan-kegiatan ilmiah lainnya, seperti presentasi kasus, referat, dan lain-lain. Laporan pagi dan kegiatan lainnya ini dihadiri oleh para dokter dan para koas, baik yang maju maupun tidak, akan ditanyai macam-macam mengenai kasus yang sedang dibawakan. Jadi, setiap harinya harus belajar atau akan terbantai.
Saya mendapatkan tempat senior di Sukabumi, padahal di kertas pengumuman awalnya saya dituliskan mendapat Jogjakarta bersama tiga orang lainnya (tapi dicoret dan diganti menjadi Sukabumi. Kalau diingat-ingat sekarang, saya sedih karena selama koas saya tidak pernah mendapat Jogjakarta, yang katanya rumah sakit paling enak di kepaniteraan). Kali ini, kosan saya berbeda baik dari siklus jiwa maupun mata. Ada sebuah kosan baru, terletak di depan rumah sakit dan merupakan kos terdekat ke rumah sakit, khususnya ke bangsal anak dan ruang bayi (walau kos gratisan saat saya siklus mata juga sangat dekat dengan rumah sakit, tapi pintu akses ke area dalam gedung rumah sakit seringkali tidak dibuka). Kosan ini cukup mahal dibanding kos lainnya, tapi kesannya minimalis dan interiornya memang paling bagus diantara kos-kos lain di sekitar rumah sakit. Ditambah lagi, ada air panas, satu kamar sendirian, ada Wi-Fi yang dibutuhkan untuk mengerjakan tugas-tugas sepanjang siklus, dan yang penting, karena saya di sana saat bulan Ramadhan, ada restoran yang terletak tepat di bawah kos ini dan pengelolanya sama dengan kosnya, sehingga karena saya tidak puasa, saya tetap bisa pesan makanan untuk diantarkan ke kos.
Kegiatan siklus anak di Sukabumi lumayan menyenangkan karena terasa lebih santai, meski kerap kali tetap harus masuk jam 4 pagi karena pada bulan Ramadhan, dokter-dokter cenderung visit lebih pagi. Namun, dipastikan kegiatan akan berakhir sebelum jam buka puasa. Kadang-kadang, kami juga diundang oleh dokter pembimbing ke rumah dokter tersebut, baik untuk tutor maupun untuk buka puasa bersama. Kegiatan buka puasa bersama ini yang paling tak terlupakan. Buka puasa dilakukan bersama dengan koas anak lain dan juga para perawat maupun dokter anak. Setelah buka puasa, dilanjutkan dengan acara lain seperti taraweh, kultum, dan ramah tamah. Jika biasanya saya ikut buka puasa bersama di restoran maupun food court, kali ini di rumah dokter pembimbing dan rasanya menyenangkan.
Oh, ya, karena bulan Ramadhan, jadi pasien di Sukabumi cukup berkurang daripada biasanya. Bangsal yang biasanya penuh saat itu berkurang pasiennya hingga setengahnya. Ini juga menjadi salah satu hal yang menyenangkan untuk para koas.
Hari terakhir saya di Sukabumi juga sangat berkesan, bukan karena kegiatan kepaniteraannya, sih. Jadi, di lantai atas kos saya waktu itu masih kosong, hanya untuk menjemur baju. Kalau naik ke lantai paling atas saat sekitar jam setengah enam pagi, akan dijumpai pemandangan yang sangat bagus. Rasanya seperti tak ingin pulang ke Jakarta. Bayangkan di belakang kalian ada gunung yang berkabut dengan mentari pagi mulai memancarkan sinarnya malu-malu, dan di bawahnya ada deretan villa. Di depan kiri kalian ada gunung berkabut dengan pemandangan kota, pun di depan kanan kalian ada gunung berkabut dan di bawahnya daerah rumah sakit. Udaranya sangat dingin, tapi tetap saja ingin berlama-lama di situ. Dan sayangnya saya hanya bisa menyaksikan pemandangan itu sekali sepanjang 4 kali saya ke Sukabumi. Kenapa? Nanti saya ceritakan, ya.
Sampai jumpa di entri selanjutnya!
Mata
Siklus yang kalau dipikir-pikir lagi, merupakan siklus kedua tersantai selama kepaniteraan setelah gigi dan mulut. Setiap hari kegiatannya hanya poli yang dimulai di atas jam 8 pagi dan selesai sebelum jam 2 siang. Malah, terutama kalau hari Jumat, poli bisa hanya satu setengah jam saja. Kadang-kadang ada operasi di sore hari dan tutor di malam hari, tapi secara keseluruhan sangat santai dan banyak waktu menganggur. Saya sampai sempat membuat ringkasan catatan untuk siklus anak dan melakukan revisi dua naskah novel saya (yang sayangnya sampai detik ini saya belum mengirimkannya lagi ke penerbit manapun) di siklus mata ini.
Siklus mata saya jalani di Sukabumi. Berbeda dengan siklus jiwa, di siklus ini saya menempati kosan yang memang sudah disediakan oleh pihak universitas saya. Jadi, saya tidak perlu membayar lagi. Sebenarnya kosannya cukup nyaman dan besar juga dekat dari rumah sakit, namun satu kamar dihuni lebih dari satu orang (kalau lagi sepi, sebenarnya bisa satu kamar sendirian juga, sih), dan tidak ada air panas. Sedangkan saya orang yang kalau belajar harus sendirian, dan di cuaca dingin seperti Sukabumi, butuh mandi air panas karena saya tipe orang yang tidak tahan dingin (di mal atau mobil saja kadang bisa menggigil). Untungnya, siklus ini cukup santai dan masuknya cukup siang sehingga saya tidak terlalu masalah dengan air panas dan sekamar tidak sendirian.
Karena cukup santai dan sudah cukup mengenal Sukabumi, maka siklus ini saya isi dengan cukup banyak wisata kuliner, baik yang saya lakukan sendiri maupun bersama teman saya. Apa saja wisata kuliner di Sukabumi? Di entri-entri selanjutnya akan saya bahas, deh.
Anak
Salah satu siklus yang katanya menjadi kandidat siklus paling berat selain bedah. Siklus ini berdurasi 10 minggu, dan saat saya menjalani siklus ini kurang lebih setahun lalu dari saat saya menulis entri ini, seluruh koas dibagi menjadi 2 pos, yaitu pos bangsal anak dan bangsal neonatus (bayi baru lahir). Seperti siklus sebelumnya, masa junior saya habiskan di rumah sakit pendidikan utama, kali ini selama 4 minggu. Jadi, 2 minggu pertama saya habiskan di bangsal anak dan 2 minggu sisanya di bangsal neonatus. Setelah itu 5 minggu senior, dan 1 minggu terakhir untuk ujian. Karenanya, banyak yang harus dipelajari di siklus ini.
Setiap paginya kami masuk jam 4 pagi, follow up pasien, lalu menjalani laporan pagi yang dibawakan oleh yang jaga pada malam sebelumnya. Belum lagi kegiatan-kegiatan ilmiah lainnya, seperti presentasi kasus, referat, dan lain-lain. Laporan pagi dan kegiatan lainnya ini dihadiri oleh para dokter dan para koas, baik yang maju maupun tidak, akan ditanyai macam-macam mengenai kasus yang sedang dibawakan. Jadi, setiap harinya harus belajar atau akan terbantai.
Saya mendapatkan tempat senior di Sukabumi, padahal di kertas pengumuman awalnya saya dituliskan mendapat Jogjakarta bersama tiga orang lainnya (tapi dicoret dan diganti menjadi Sukabumi. Kalau diingat-ingat sekarang, saya sedih karena selama koas saya tidak pernah mendapat Jogjakarta, yang katanya rumah sakit paling enak di kepaniteraan). Kali ini, kosan saya berbeda baik dari siklus jiwa maupun mata. Ada sebuah kosan baru, terletak di depan rumah sakit dan merupakan kos terdekat ke rumah sakit, khususnya ke bangsal anak dan ruang bayi (walau kos gratisan saat saya siklus mata juga sangat dekat dengan rumah sakit, tapi pintu akses ke area dalam gedung rumah sakit seringkali tidak dibuka). Kosan ini cukup mahal dibanding kos lainnya, tapi kesannya minimalis dan interiornya memang paling bagus diantara kos-kos lain di sekitar rumah sakit. Ditambah lagi, ada air panas, satu kamar sendirian, ada Wi-Fi yang dibutuhkan untuk mengerjakan tugas-tugas sepanjang siklus, dan yang penting, karena saya di sana saat bulan Ramadhan, ada restoran yang terletak tepat di bawah kos ini dan pengelolanya sama dengan kosnya, sehingga karena saya tidak puasa, saya tetap bisa pesan makanan untuk diantarkan ke kos.
Kegiatan siklus anak di Sukabumi lumayan menyenangkan karena terasa lebih santai, meski kerap kali tetap harus masuk jam 4 pagi karena pada bulan Ramadhan, dokter-dokter cenderung visit lebih pagi. Namun, dipastikan kegiatan akan berakhir sebelum jam buka puasa. Kadang-kadang, kami juga diundang oleh dokter pembimbing ke rumah dokter tersebut, baik untuk tutor maupun untuk buka puasa bersama. Kegiatan buka puasa bersama ini yang paling tak terlupakan. Buka puasa dilakukan bersama dengan koas anak lain dan juga para perawat maupun dokter anak. Setelah buka puasa, dilanjutkan dengan acara lain seperti taraweh, kultum, dan ramah tamah. Jika biasanya saya ikut buka puasa bersama di restoran maupun food court, kali ini di rumah dokter pembimbing dan rasanya menyenangkan.
Oh, ya, karena bulan Ramadhan, jadi pasien di Sukabumi cukup berkurang daripada biasanya. Bangsal yang biasanya penuh saat itu berkurang pasiennya hingga setengahnya. Ini juga menjadi salah satu hal yang menyenangkan untuk para koas.
Hari terakhir saya di Sukabumi juga sangat berkesan, bukan karena kegiatan kepaniteraannya, sih. Jadi, di lantai atas kos saya waktu itu masih kosong, hanya untuk menjemur baju. Kalau naik ke lantai paling atas saat sekitar jam setengah enam pagi, akan dijumpai pemandangan yang sangat bagus. Rasanya seperti tak ingin pulang ke Jakarta. Bayangkan di belakang kalian ada gunung yang berkabut dengan mentari pagi mulai memancarkan sinarnya malu-malu, dan di bawahnya ada deretan villa. Di depan kiri kalian ada gunung berkabut dengan pemandangan kota, pun di depan kanan kalian ada gunung berkabut dan di bawahnya daerah rumah sakit. Udaranya sangat dingin, tapi tetap saja ingin berlama-lama di situ. Dan sayangnya saya hanya bisa menyaksikan pemandangan itu sekali sepanjang 4 kali saya ke Sukabumi. Kenapa? Nanti saya ceritakan, ya.
Sampai jumpa di entri selanjutnya!
Komentar