Langsung ke konten utama

#NulisRandom2017 Day 26: Jatuh Cinta pada Xiaomi

Mungkin saya pernah menulis tentang ini. Tapi, biarlah saya tulis ulang dengan update lebih lanjut, 2 tahun kemudian.

Saya awalnya tidak pernah suka pada HP buatan negeri Panda, RRC. Maklum, saat saya berpendapat seperti itu, merk seperti Blackberry, Apple, dan Samsung mendominasi pasar ponsel. Merk HP Cina dianggap murahan dan rendah, dan memang sebagian besar diperuntukkan untuk low-end. Ada HP yang cukup dikenal, HTC, tapi itupun buatan Taiwan, bukan Cina atau RRC.

Sampai akhirnya saya mengenal sebuah merk: Xiaomi. Merk ini pertama kali saya ketahui di Lazada, dan mengeluarkan varian HP yang pertama: Redmi 1S. HP ini dijual lewat flash sale, yaitu metode dimana HP ini dijual pada saat tertentu saja, dan dalam beberapa menit sudah habis terjual. Saya jadi penasaran, apa sih istimewanya HP Xiaomi ini?

Saya pun browsing mengenai Xiaomi. Dari sana saya mendapatkan bahwa HP ini cukup menarik. Harga hanya 1,5 juta namun spesifikasi di atas HP lain dengan harga segitu.

Singkat cerita, di flash sale ketiga saya berhasil mendapat HP itu. Ternyata hasilnya sangat memuaskan. Kameranya terutama, sekitar 95% foto di Instagram saya diambil dengan kamera HP Xiaomi Redmi 1S. Dengan sedikit sentuhan fitur "lux" oleh Instagram, (dan akhir-akhir ini saya ketagihan filter VSCO Cam), tak jarang yang mengatakan foto HP saya tak kalah dengan hasil DSLR atau mirrorless. Pun untuk ketahanannya, dalam jangka hampir 3 tahun, HP ini menjadi konsol yang paling lama bersama-sama dengan saya. Menemani saya dari sejak saya preklinik, koas reguler, hingga sekarang hampir menyelesaikan pendidikan saya di fakultas kedokteran.

Ditambah lagi, tak sedikit yang mengakui keunggulan Xiaomi ini. Dulu, saya adalah pemakai Xiaomi pertama di kampus saya. Saya mulai menyarankan Xiaomi ke beberapa orang, hingga akhirnya saat ini, banyak yang memakai Xiaomi dari bermacam tipe dan jenis. Saya masih setia dengan Redmi 1S saya. Dari saat saya masih memakai tab saya yang lama, Samsung Galaxy Note 10.1, saya mengandalkan Redmi 1S untuk siklus Kulit, Obgyn, Mata, Anak, Radiologi, dan Bedah junior, hingga saya memiliki tab baru (Samsung Tab A 2016) hingga kini.

Saat ini, Xiaomi Redmi 1S saya sayangnya mulai menua. Mulai menunjukkan tanda kerusakan, walau saya tetap setia memakaikan case dan screen protector kepadanya. Mungkin ini saatnya untuk berpisah dengan Redmi 1S saya, menuju tipe Xiaomi lain, Redmi 4A (paling worth dilihat dari kamera dan garansi resminya menurut saya untuk saat ini)...

Namun, akhir-akhir ini, sang Redmi

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Tentang Shii

Setelah melihat blog ini dari awal sampai akhir saya baru menyadari bahwa belum ada entri yang menampilkan tentang profil saya kecuali yang ada di bagian profil. (Buset telat amat nyadarnya!!!) Karenanya saya akan menuliskan entri ini, yah walaupun amat sangat super duper hyper telat sekali banget (ada kata-kata lain yang lebih lebay?) saya akan memperkenalkan secara singkat, siapa sih Shii itu? Shii (atau yang di dunia nyata lebih dikenal dengan sebutan *****-nama disensor-) adalah manusia yang merasa dirinya alien atau sekurang-kurangnya, anak indigo, lah... *untuk yang terakhir ini saya sendiri tidak tahu pasti kebenarannya, jangan-jangan benar anak indigo?* Jika kalian melihat ada seseorang yang dianggap aneh atau merasa dirinya aneh di sekitar kalian, kemungkinan itu adalah Shii. Nama Shii diambil dari nama aslinya yaitu *******. Shii baginya dianggap nama yang simpel namun punya banyak arti. Nama Shii itu sendiri tercetus tidak sengaja ketika sedang melamun di kamarnya pada suatu

Tes Masuk Atmajaya (1)

Daripada freak dengan bilang "saya ikut tes masuk universitas berinisial A" yang sok-sokan disensor, mending saya langsung beberkan saja nama universitasnya, ya... Jadi, pada tanggal 21 November yang lalu, dengan merelakan batalnya photo session dan tidak hadirnya saya ke UNJ (dimana semua forum yang saya ikuti mengadakan gath disana) juga kerja kelompok sekolah, saya mengikuti tes masuk universitas yang punya 2 tempat (satu di sebelah Plaza Semanggi dan satunya lagi di seberang Emporium Pluit) selain di Jogjakarta ini. Karena dalam pikiran saya sudah penuh dengan kata-kata seperti "Kalo ga lulus tes ini, kamu ga bisa ikut bonenkai di RRI tanggal 12 Desember karena harus ikut tes FKG Trisakti" maka saya memutuskan agar meluluskan tes ini. Lagipula, saya sudah punya tekad, kalau saya diterima di suatu universitas, saya akan menjadi anggota klub jejepangan di sana dan menjadi panitia J-event. Dulu Atmajaya pernah mengadakan J-event, jadi tugas saya adalah menghidupkan

Junjou Romantica (Season 1 dan 2)

Sepertinya sudah lumayan lama saya tidak me-review anime, dan sekarang saya kembali akan me-review sebuah anime, kali ini dari genre yaoi/boy's love (BL). Anime ini memang sudah lama (sekitar 2-3 tahun lalu), tapi saya baru menontonnya akhir-akhir ini karena baru sempat mendownload, dan juga saya baru mengenal yaoi sejak pertengahan 2008. Walau temanya yaoi, tapi menurut saya tak ditampilkan terlalu eksplisit seperti halnya anime yaoi pada umumnya. Jadi, yah... cocok untuk segala kalangan, asalkan tidak keberatan dengan tema BL, tentu saja. Cerita dari anime ini berpusat pada 3 pasangan utama yang saling berkaitan satu sama lain, yakni: 1. Junjou Romantica: Misaki Takahashi (mahasiswa tingkat pertama universitas Mitsuhashi jurusan ekonomi) dan Usami Akihiko (penulis novel yang terkenal, memenangkan penghargaan, namun sangat disayangkan (?) beberapa karya novelnya bertemakan BL). Misaki mendapatkan nilai yang jelek saat persiapan tes masuk Universitas Mitsuhashi, jadi Takahiro, kaka