Langsung ke konten utama

#NulisRandom2017 Day 21: Tour Singapore #2 (Part 1): Mendarat di Changi, Melihat Kehidupan Singapura, dan Menuju Marina Bay

Saya kembali ke Singapura tahun ini, tepatnya 25 Maret 2017. Rasanya sungguh menyenangkan, mengingat selama 2016 saya tidak kemanapun menggunakan pesawat.

Penerbangan saya adalah salah satu yang terpagi hari itu. Penerbangan dengan Garuda Indonesia jam 6 pagi. Bahkan saat saya berangkat ke bandara pun langit masih gelap. Namun, jika sebelumnya saya berangkat ke Singapura, saya duduk di bangku terdepan dari kelas ekonomi yang berbatasan dengan kelas bisnis, yang lega untuk berselonjor kaki, di perjalanan kali ini saya tidak dapat bangku semacam itu sama sekali. Tapi tidak apa-apa, karena saat perjalanan pergi ke Singapura kali ini, saya akan menaiki pesawat yang cukup besar. Saya lupa tipenya apa, tapi konfigurasi bangkunya adalah 2-4-2. Biasanya, pesawat ke Singapura sepanjang yang saya naiki konfigurasinya adalah 3-3, sedangkan 2-4-2 atau 3-3-3 biasa saya naiki saat perjalanan yang agak jauh seperti ke China atau ke Korea Selatan. Jadi, saya cukup senang. Meskipun penerbangannya pagi, tapi pesawatnya besar, dan memang bagus.

Terminal 3 Ultimate dilihat dari jendela pesawat. Semoga suatu saat saya bisa berkunjung ke sana.

 Makanan yang diberikan pagi itu. Rendangnya lumayan enak.

Suasana kabin pesawat Garuda Indonesia yang saya naiki hari itu. Besar, bukan, kabinnya?

In flight entertainment yang disediakan juga bagus. Saya memilih untuk menonton film La La Land dan Kimi no Na Wa pada hari itu, di-skip di bagian lagu-lagunya saja, berhubung saya sudah berkali-kali menonton kedua film tersebut (dan memang lagu-lagunya sangatlah bagus).

Foto penulis di taman yang lokasinya sama dengan lokasi di entri Tour Singapore #1 (Part 1). Taman ini memang selalu diganti temanya setiap beberapa bulan.

Sampai di Singapura, kami diharuskan menaiki kereta shuttle untuk sampai ke imigrasi. Imigrasi saat itu cukup lama, sekitar 1,5 jam. Mungkin karena sedang long weekend, dan penerbangan pagi hari juga.

Jalur shuttle train

Skytrain

Setelah mengurus imigrasi dan mengambil bagasi, kami ke stasiun MRT. Kali ini, kami membeli tiket MRT terusan untuk 3 hari.

Stasiun tiket untuk Singapore Tourist Pass. Harga tiket saat saya membelinya adalah 10 SGD untuk 1 hari, 16 SGD untuk 2 hari dan 20 SGD untuk 3 hari.

 Dengan Singapore Tourist Pass, kita bebas menaiki bus umum maupun MRT ke mana saja di area Singapura. Jadi, salah stasiun maupun nyasar juga tidak masalah, hehehe.

Setelah membeli tiket, saya kembali menuju ke hotel tempat saya menginap 2 tahun lalu, yang terletak di daerah Lavender. Setelah check in, kami makan siang.

Carrot cake di Kopitiam Lavender. Sangat kangen makanan ini.

Kenyang makan, kami menunggu hujan berhenti. Saat itu hujan turun cukup deras. Seusai hujan turun, kami baru naik MRT. Kami kemudian berhenti di stasiun Bayfront, dan hendak menuju Marina Bay Sands. Tadinya, kami ingin ke I Light Marina Bay, namun karena belum malam hari, kami berjalan-jalan dulu. Orangtua saya mengusulkan untuk naik bus berkeliling area Marina Bay, tapi malahan kami nyasar hingga ke Ang Mo Kio. Untung kami memakai tourist pass, kalau tidak berapa coba biaya bus yang harus dikeluarkan. Akhirnya kami naik bus kembali ke Marina Bay.

Tapi, dari pengalaman nyasar itulah, saya jadi melihat Singapura lebih jauh lagi. Jika biasanya sebelum-sebelumnya saya hanya menggunakan MRT dan langsung turun ke tempat tujuan, saya kali itu berkesempatan melihat jalanan Singapura, kawasan perumahannya, kehidupan penduduknya, dan jalanan yang sama sekali bukan daerah wisata. Dari sini saya menjadi melihat, walaupun dekat dengan Indonesia, tapi menurut saya Singapura lebih mirip dengan China, saya agak lupa kota mana, sih. Jalanannya yang lebar tapi lenggang layaknya Jakarta di waktu Idul Fitri, tidak banyak mobil (walau memang sudah agak lebih macet dari sejak pertama saya ke Singapura), penduduknya lebih memilih untuk berjalan kaki, dan banyak orang tua yang masih sehat dan bisa berjalan kaki di trotoarnya hingga pulang bekerja.

Setelah itu, saya menuju Marina Bay Sands. Saya sempat melihat-lihat I Light Marina Bay juga, tapi dari kejauhan. Tapi, melihat Marina Bay Sands saja sudah membuat saya senang. Apalagi saya sempat naik ke pojok Marina Bay Sands dimana dari situ kita bisa melihat Gardens by the Bay dari kejauhan. Wah, rasanya memori saya terhadap perayaan ulang tahun SG50 2 tahun lalu terulang kembali di depan mata saya. Dan melihat Singapore Flyer dari atas, rasanya sungguh mengagumkan. Selebihnya biar foto-foto yang berbicara.

Bayfront Ave. Soal kendaraan unik yang melintasi perempatan itu, sebenarnya saya lupa juga sedang ada arak-arakan untuk apa. Tapi sepertinya ada semacam parade, mohon dikoreksi.

 Salah satu sudut Marina Bay Sands. Ada sungai di tengah-tengah malnya, mengingatkan saya pada Venetian Macao.

 Art Science Museum Singapore

 Marina Bay Sands

 I Light Marina Bay 2017

 Gardens by the Bay dari kejauhan

Singapore Flyer dari kejauhan

 Pemandangan gedung-gedung di Marina Bay pada malam hari. Salah satu foto dari tur Singapura kali ini yang menjadi favorit saya. Tanpa editan atau filter apapun, pemandangan cahaya gedung-gedung perkotaan yang jelas terlihat di dekat perairan, sungai, teluk, atau apapun itu, dengan perahu yang sesekali melintas, selalu membuat saya kagum. Kapan Jakarta bisa punya kawasan wisata seperti ini?

Kami kembali ke hotel dan menyantap makan malam di Kopitiam dekat hotel. Hari itu saya memesan nasi ayam hainam. Lalu kami kembali ke kamar dan perjalanan kami akan berlanjut di hari berikutnya.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Tentang Shii

Setelah melihat blog ini dari awal sampai akhir saya baru menyadari bahwa belum ada entri yang menampilkan tentang profil saya kecuali yang ada di bagian profil. (Buset telat amat nyadarnya!!!) Karenanya saya akan menuliskan entri ini, yah walaupun amat sangat super duper hyper telat sekali banget (ada kata-kata lain yang lebih lebay?) saya akan memperkenalkan secara singkat, siapa sih Shii itu? Shii (atau yang di dunia nyata lebih dikenal dengan sebutan *****-nama disensor-) adalah manusia yang merasa dirinya alien atau sekurang-kurangnya, anak indigo, lah... *untuk yang terakhir ini saya sendiri tidak tahu pasti kebenarannya, jangan-jangan benar anak indigo?* Jika kalian melihat ada seseorang yang dianggap aneh atau merasa dirinya aneh di sekitar kalian, kemungkinan itu adalah Shii. Nama Shii diambil dari nama aslinya yaitu *******. Shii baginya dianggap nama yang simpel namun punya banyak arti. Nama Shii itu sendiri tercetus tidak sengaja ketika sedang melamun di kamarnya pada suatu

Tes Masuk Atmajaya (1)

Daripada freak dengan bilang "saya ikut tes masuk universitas berinisial A" yang sok-sokan disensor, mending saya langsung beberkan saja nama universitasnya, ya... Jadi, pada tanggal 21 November yang lalu, dengan merelakan batalnya photo session dan tidak hadirnya saya ke UNJ (dimana semua forum yang saya ikuti mengadakan gath disana) juga kerja kelompok sekolah, saya mengikuti tes masuk universitas yang punya 2 tempat (satu di sebelah Plaza Semanggi dan satunya lagi di seberang Emporium Pluit) selain di Jogjakarta ini. Karena dalam pikiran saya sudah penuh dengan kata-kata seperti "Kalo ga lulus tes ini, kamu ga bisa ikut bonenkai di RRI tanggal 12 Desember karena harus ikut tes FKG Trisakti" maka saya memutuskan agar meluluskan tes ini. Lagipula, saya sudah punya tekad, kalau saya diterima di suatu universitas, saya akan menjadi anggota klub jejepangan di sana dan menjadi panitia J-event. Dulu Atmajaya pernah mengadakan J-event, jadi tugas saya adalah menghidupkan

Junjou Romantica (Season 1 dan 2)

Sepertinya sudah lumayan lama saya tidak me-review anime, dan sekarang saya kembali akan me-review sebuah anime, kali ini dari genre yaoi/boy's love (BL). Anime ini memang sudah lama (sekitar 2-3 tahun lalu), tapi saya baru menontonnya akhir-akhir ini karena baru sempat mendownload, dan juga saya baru mengenal yaoi sejak pertengahan 2008. Walau temanya yaoi, tapi menurut saya tak ditampilkan terlalu eksplisit seperti halnya anime yaoi pada umumnya. Jadi, yah... cocok untuk segala kalangan, asalkan tidak keberatan dengan tema BL, tentu saja. Cerita dari anime ini berpusat pada 3 pasangan utama yang saling berkaitan satu sama lain, yakni: 1. Junjou Romantica: Misaki Takahashi (mahasiswa tingkat pertama universitas Mitsuhashi jurusan ekonomi) dan Usami Akihiko (penulis novel yang terkenal, memenangkan penghargaan, namun sangat disayangkan (?) beberapa karya novelnya bertemakan BL). Misaki mendapatkan nilai yang jelek saat persiapan tes masuk Universitas Mitsuhashi, jadi Takahiro, kaka