#NulisRandom2017 Day 6: Coass Life (Part 4): Belajar Kedokteran Sesungguhnya di Ilmu Penyakit Dalam dan Stase Favorit Saya: Jiwa
Sampai juga kita di hari kelima. Sekarang kita langsung saja lanjut ke siklus selanjutnya, ya.
Ilmu Penyakit Dalam
Siklus yang dibilang sebagai inti dari segala ilmu kedokteran. Di sini merupakan siklus mayor pertama, yaitu siklus yang berlangsung selama 10 minggu.
Siklus ini bisa dibilang berjalan cukup menyenangkan. Meski pasiennya banyak, tapi dokternya baik-baik. Kasus yang dijumpai juga lumayan beragam. Di sini, hampir semua pelajaran yang diajarkan di preklinik terpakai. Jadi, bisa diaplikasikan baik dalam interaksi dengan pasien maupun kegiatan ilmiah.
5 minggu pertama saya habiskan di rumah sakit pendidikan utama, sedangkan 4 minggu berikutnya di Carolus. Saya sangat menyenangi rumah sakit Carolus ini. Sungguh asri. Mungkin semua rumah sakit seharusnya seperti ini. Di rumah sakit ini, kegiatannya berlangsung sampai malam hari karena ada poli dokter yang sampai malam. Namun, pada pagi hari relatif santai, dan tidak ada jaga malam.
Tak seperti 5 minggu pertama yang disebut periode junior, pada 4 minggu kedua yang disebut juga dengan periode senior, semua koas yang menjalani kepaniteraan ilmu penyakit dalam akan disebar ke beberapa rumah sakit. Meski begitu, ada 3 orang yang tetap menjalani senior di rumah sakit pendidikan utama. Tugas senior yang tetap di rumah sakit saat mereka junior ini adalah lebih bersifat membimbing para junior baik dalam kegiatan sehari-hari maupun dalam keilmuan.
Menjelang akhir minggu 4 senior, saya ujian di Carolus. Sedangkan minggu 5 senior saya ujian di rumah sakit pendidikan utama kembali.
Jiwa
Siklus favorit saya karena memang saya suka ilmunya sejak dulu. Entah beruntung atau tidak, saya mendapatkan stase ini di Sukabumi. Sebelumnya saya belum pernah mendapat stase di Sukabumi, dan kali itu adalah kali kedua saya ke Sukabumi. Sebelumnya saya pernah ke Sukabumi untuk retret saat SMA.
Saya tinggal di sebuah kosan yang terletak di belakang rumah sakit, jadi jaraknya tak terlalu jauh. Kosannya kecil namun cukup rapi dan nyaman.
Rumah sakit di Sukabumi ini cukup besar dan merupakan rumah sakit terbesar di Sukabumi. Jalannya berputar-putar dan awalnya saya sempat nyasar di sini. Yang saya suka adalah meskipun gedung rumah sakitnya cukup sederhana secara eksterior dan interior dibanding rumah sakit pendidikan utama saya maupun Carolus, tapi ada Bakordik (semacam gedung kantor yang untuk mengurusi kepaniteraan) dengan ruangan yang super nyaman.
Kegiatan saya di sini berganti tiap harinya antara di poli dan bangsal. Poli jiwa kami seakan-akan jadi dokternya, dan kalau bisa berbahasa Sunda, lebih bagus karena di sini pasiennya lebih bisa terbuka kalau memakai bahasa Sunda. Sedangkan untuk bangsal adalah pasien yang masih butuh perawatan. Kami dapat berinteraksi dengan para pasien di bangsal. Memahami pikiran dari pasien dan mendengarkan percakapan pasien, terutama di bangsal, butuh keahlian tersendiri. Saya jadi makin tertarik menjadi psikiatri.
Oh ya, ada kejadian yang tak akan saya lupa saat di sini. Jadi, saat itu hari hujan. Saya akhirnya tak bisa membeli makanan di luar, jadi saya membeli makanan di kafe rumah sakit berupa salad buah. Malamnya, saya diare dan muntah, sampai akhirnya lemas dan masuk IGD rumah sakit. Untung akhirnya setelah 3 hari saya membaik. Baru setelah itu, saya tahu dari teman saya bahwa dia pernah makan di kafe itu dan diare juga.
Sekian, lanjut ke posting berikutnya!
Komentar