Bertukar kartu pos? Rasanya merupakan sesuatu yang asing, mengingat pada zaman sekarang, surat elektronik lebih digemari. Namun, bagi saya saling menukar kartu pos menimbulkan kesan tersendiri yang menyenangkan.
Saya sebenarnya lupa apakah saya pernah menulis entri tentang ini sebelumnya, karena saya mulai melakukan kegemaran saya ini sebelum saya hiatus panjang dari blog. Ya sudah, saya ceritakan kembali saja, ya.
Awal ketertarikan saya adalah pada bersahabat pena, apapun itu bentuknya. Saya ingat, saat saya masih SD saya rajin bersahabat pena dengan seorang yang sebenarnya adalah anak dari teman SMA tante saya yang tinggal di Bogor. Saat itu saya juga rajin membaca sebuah majalah anak-anak yang cukup terkenal dan masih ada sampai sekarang. Majalah itu membuka kesempatan sahabat pena bagi siapapun yang berminat. Saya pun mengirimkan surat ke sana.
Singkat cerita, beberapa tahun kemudian, teknologi semakin maju dan surat mulai ditinggalkan. Saya akhirnya berhenti bersahabat pena, namun diam-diam masih menyimpan ketertarikan pada hal yang satu itu. Setelah berhenti bersahabat pena, saya masih mengumpulkan perangko atau kerap disebut filateli. Total ada 3 buku perangko yang saya kumpulkan waktu itu, baik dari dalam maupun luar negeri.
Sampai akhirnya sekitar pertengahan tahun 2014, kira-kira sebulan sebelum blog ini hiatus panjang, saya membaca artikel di koran mengenai komunitas kartu pos. Mereka saling tukar-menukar kartu pos antar anggotanya. Saya menjadi tertarik dan mulai berkirim kartu pos. Kemudian saya mencari-cari di salah satu media sosial mengenai komunitas lain yang juga melayani tukar-menukar kartu pos antar anggota. Bertemulah saya dengan komunitas yang cukup besar. Sampai sekarang, saya masih bergabung dengan komunitas tersebut walau saya kebanyakan menjadi silent reader.
Dari komunitas itu pula, saya menemukan komunitas yang lebih besar, yaitu komunitas yang menyediakan layanan tukar-menukar kartu pos yang tidak hanya di Indonesia, tetapi bahkan seluruh dunia, bagi mereka yang mendaftar di komunitas itu. Saya pun menjadi keranjingan mengirimkan kartu pos. Bagi saya, proses dari membuat kartu pos (ya, kebanyakan kartu pos saya adalah buatan saya sendiri, karena saya juga suka fotografi dan menggambar digital), mencetak kartu pos, kemudian menulis kartu pos tersebut dan menambahkan bahasa Indonesia selain bahasa Inggris (ataupun bercakap dalam bahasa asal orang yang tinggal di negara lain juga), lalu mengirimkannya, adalah sebuah proses yang sangat menyenangkan. Belum lagi saat menerima tumpukan kartu pos dari berbagai macam negara. Banyak diantara kartu pos tersebut yang menampilkan pemandangan khas suatu kota atau negara, dan membaca surat di belakangnya membuat saya merasa jalan-jalan ke negara tersebut.
Diantara kartu pos yang ada, saya paling suka kartu pos gotochi! Tidak hanya karena kartu ini berasal dari Jepang (negara favorit saya setelah Indonesia), kartu ini juga lucu dan unik, namun tetap menampilkan ciri khas dari suatu prefektur di Jepang.
Sayangnya, sejak saya masuk kepaniteraan, waktu saya untuk mengirim kartu pos semakin berkurang. Semoga saya setelah kepaniteraan bisa membuat kartu pos dan mengirimkannya lagi, ya!
Komentar