Seperti biasa pada pagi hari kami bangun dan sarapan di hotel. Setelah itu bus menuju danau Xiwu. Di sana kami berkeliling menggunakan perahu. Pemandangan di sana indah walau udaranya cukup dingin. Ada pemandangan danau dengan latar belakang pagoda dan juga dengan latar belakang kota. Ada juga 2 jembatan yang katanya terlihat patah saat musim dingin.
Setelah berkeliling danau, kami menuju bus. Perjalanan menuju bus diwarnai pemandangan sangat indah di sebelah kiri maupun kanan. Naik bus, kami menuju kebun teh dan minum teh hijau kualitas A (kedua terbaik) dan kualitas Raja (terbaik, dimana Kaisar sering menggunakan teh kualitas ini untuk menjamu tamunya). Ternyata uap teh hijau sangat bagus untuk mata karena ada vitamin A di dalamnya. Kami juga mengetahui bahwa untuk membuat daun teh kering harus digoreng terlebih dahulu, dan digoreng dengan tangan. Jadi yang menggoreng harus benar-benar terlatih dan punya "tenaga dalam".
Pulang dari sana, kami makan siang di Banana Leaf, restoran masakan Thailand. Kami harus buru-buru karena perjalanan dari Suzhou ke bandara Pudong, Shanghai memakan waktu 3 jam. Untungnya kami keburu waktu, bahkan amat sangat kelebihan waktu, karena pesawat tiba-tiba mati listrik saat akan berangkat jadi di-delay 2 jam. Akhirnya saya menghabiskan waktu tersebut dengan (lagi-lagi) mengarang novel.
Pesawat akhirnya sampai di bandara Shenzen hampir jam 12 malam. Di sana kami ditemani tour guide baru lagi. Berbeda dengan 2 tour guide sebelumnya, tour guide ini orangtuanya keturunan Indonesia.
Kami makan malam (atau makan tengah malam?) di restoran King Steak di seberang hotel. Walau namanya 'steak', tapi disajikan makanan Chinese food. Makanan di sini menurut saya memang tak terlalu enak, karena mungkin bukan keahliannya memasak Chinese food. Tapi daya tarik bagi saya dari restoran ini, yang paling tak saya lupakan, adalah adanya grand piano putih di restoran tersebut! Memang, piano putih terkesan lebih elegan dibandingkan piano hitam; walau restoran itu biasa saja, tapi karena adanya piano putih itu, kesannya jadi berbeda. Ingin rasanya saya memainkannya, tapi pasti nanti dimarahi karena bermain piano tengah malam. X3
Setelah makan tengah malam itu, kami kembali ke hotel. Hotel terakhir ini ruangannya paling kecil dibandingkan hotel-hotel sebelumnya, namun tetap saja cukup nyaman.
Setelah berkeliling danau, kami menuju bus. Perjalanan menuju bus diwarnai pemandangan sangat indah di sebelah kiri maupun kanan. Naik bus, kami menuju kebun teh dan minum teh hijau kualitas A (kedua terbaik) dan kualitas Raja (terbaik, dimana Kaisar sering menggunakan teh kualitas ini untuk menjamu tamunya). Ternyata uap teh hijau sangat bagus untuk mata karena ada vitamin A di dalamnya. Kami juga mengetahui bahwa untuk membuat daun teh kering harus digoreng terlebih dahulu, dan digoreng dengan tangan. Jadi yang menggoreng harus benar-benar terlatih dan punya "tenaga dalam".
Pulang dari sana, kami makan siang di Banana Leaf, restoran masakan Thailand. Kami harus buru-buru karena perjalanan dari Suzhou ke bandara Pudong, Shanghai memakan waktu 3 jam. Untungnya kami keburu waktu, bahkan amat sangat kelebihan waktu, karena pesawat tiba-tiba mati listrik saat akan berangkat jadi di-delay 2 jam. Akhirnya saya menghabiskan waktu tersebut dengan (lagi-lagi) mengarang novel.
Pesawat akhirnya sampai di bandara Shenzen hampir jam 12 malam. Di sana kami ditemani tour guide baru lagi. Berbeda dengan 2 tour guide sebelumnya, tour guide ini orangtuanya keturunan Indonesia.
Kami makan malam (atau makan tengah malam?) di restoran King Steak di seberang hotel. Walau namanya 'steak', tapi disajikan makanan Chinese food. Makanan di sini menurut saya memang tak terlalu enak, karena mungkin bukan keahliannya memasak Chinese food. Tapi daya tarik bagi saya dari restoran ini, yang paling tak saya lupakan, adalah adanya grand piano putih di restoran tersebut! Memang, piano putih terkesan lebih elegan dibandingkan piano hitam; walau restoran itu biasa saja, tapi karena adanya piano putih itu, kesannya jadi berbeda. Ingin rasanya saya memainkannya, tapi pasti nanti dimarahi karena bermain piano tengah malam. X3
Setelah makan tengah malam itu, kami kembali ke hotel. Hotel terakhir ini ruangannya paling kecil dibandingkan hotel-hotel sebelumnya, namun tetap saja cukup nyaman.
Komentar