Hari ini kami bangun sangat pagi, karena jam 5 pagi rencananya kami berkumpul di rumah kepala desa untuk pergi ke pantai dengan naik sepur mini, yang sudah direncanakan dari hari sebelumnya. Untuk itu, kami harus membayar 15 ribu per orang. Tapi sepur mini itu terlambat datang, sehingga niat kami untuk melihat sunrise dari pantai terlambat sudah. Pantai yang kami kunjungi adalah Pantai Waru. Sebenarnya kami mau ke Pantai Samas, tapi tak jadi.
Pantai Samas adalah pantai yang lumayan indah. Ombaknya sangat besar, dan angin lautnya sangat kencang. Jam 9 kami kembali ke Krekah, dan makan siang. Kemudian kami berjalan-jalan ke rumah teman dan ikut makan bareng disana. Di rumah itu ternyata ada 5 orang teman kami yang di sana. Sebenarnya teman yang akan tinggal hanya ada 3 orang, cuma karena di rumah sebelahnya ada ular, jadi 2 orang lagi dipindahkan ke rumah itu.
Setelah makan siang bareng, kami menuju ke sawah karena 5 teman kami itu juga ingin turun ke sawah. Pulang dari sawah, kami mandi dan makan karena kami harus segera ke gereja Ganjuran naik sepur mini.
Ternyata sepur mini terlambat datang lagi. Kami sudah berkumpul dari jam 17.00 namun sekitar pukul 18.15 kami dijemput, karena sepur mininya ternyata rusak. Untung, sampai di sana misa belum dimulai.
Gereja Ganjuran ternyata adalah gereja yang sangat amat bagus, bahkan lebih bagus dari Lembah Karmel yang berada di daerah Puncak, menurut saya. Gereja Ganjuran terdiri dari bangunan terbuka yang sangat luas dan indah. Misa sendiri diadakan di depan Candi Ganjuran. Berbeda dengan candi pada umumnya, Candi Ganjuran merupakan candi dimana di dalam candi itu terdapat patung Bunda Maria. Di dekat candi ada sejumlah pancuran air yang katanya kalau minum air pancuran tersebut, bisa menyembuhkan berbagai penyakit.
Misa di gereja tersebut menggunakan bahasa dan adat Jawa. Karena banyak dari kami yang tak mendapat teksnya, maka ketika umat lain bernyanyi, kami tidak bernyanyi karena tidak tahu lagunya. Namun, untungnya untuk cerita-cerita menggunakan bahasa Indonesia.
Saat misa berakhir, ada tradisi selendang emas. Tradisi ini berupa arak-arakan yang dimulai dengan anak kecil di bagian depan, kemudian di belakangnya ada orang yang memakai selendang emas. Selendang emas itu dicium-cium oleh umat, yang katanya, kalau tidak salah, selendang itu mengandung "kekuatan" tertentu. Di belakang orang dengan selendang emas itu, ada sejumlah pria berbaju adat Jawa yang menyiprat-nyipratkan air ke umat. Di tempat air yang dibawa juga ada kelopak bunga yang dibagikan ke umat. Katanya, kalau disimpan kelopaknya, akan mendapat berkat. Beruntung saya mendapat kesempatan untuk mendapatkan kelopak bunga itu, akan tetapi sekarang kelopak itu sudah hilang entah kemana....
Selesai misa, kami harus menunggu sangat lama karena ada teman dari kelompok desa kami yang hilang. Angkutan yang ada juga sangat terbatas. Alhasil, kami pulang termasuk paling akhir, dan diantar sampai ke rumah masing-masing (seperti mobil jemputan saja...)
Pantai Samas adalah pantai yang lumayan indah. Ombaknya sangat besar, dan angin lautnya sangat kencang. Jam 9 kami kembali ke Krekah, dan makan siang. Kemudian kami berjalan-jalan ke rumah teman dan ikut makan bareng disana. Di rumah itu ternyata ada 5 orang teman kami yang di sana. Sebenarnya teman yang akan tinggal hanya ada 3 orang, cuma karena di rumah sebelahnya ada ular, jadi 2 orang lagi dipindahkan ke rumah itu.
Setelah makan siang bareng, kami menuju ke sawah karena 5 teman kami itu juga ingin turun ke sawah. Pulang dari sawah, kami mandi dan makan karena kami harus segera ke gereja Ganjuran naik sepur mini.
Ternyata sepur mini terlambat datang lagi. Kami sudah berkumpul dari jam 17.00 namun sekitar pukul 18.15 kami dijemput, karena sepur mininya ternyata rusak. Untung, sampai di sana misa belum dimulai.
Gereja Ganjuran ternyata adalah gereja yang sangat amat bagus, bahkan lebih bagus dari Lembah Karmel yang berada di daerah Puncak, menurut saya. Gereja Ganjuran terdiri dari bangunan terbuka yang sangat luas dan indah. Misa sendiri diadakan di depan Candi Ganjuran. Berbeda dengan candi pada umumnya, Candi Ganjuran merupakan candi dimana di dalam candi itu terdapat patung Bunda Maria. Di dekat candi ada sejumlah pancuran air yang katanya kalau minum air pancuran tersebut, bisa menyembuhkan berbagai penyakit.
Misa di gereja tersebut menggunakan bahasa dan adat Jawa. Karena banyak dari kami yang tak mendapat teksnya, maka ketika umat lain bernyanyi, kami tidak bernyanyi karena tidak tahu lagunya. Namun, untungnya untuk cerita-cerita menggunakan bahasa Indonesia.
Saat misa berakhir, ada tradisi selendang emas. Tradisi ini berupa arak-arakan yang dimulai dengan anak kecil di bagian depan, kemudian di belakangnya ada orang yang memakai selendang emas. Selendang emas itu dicium-cium oleh umat, yang katanya, kalau tidak salah, selendang itu mengandung "kekuatan" tertentu. Di belakang orang dengan selendang emas itu, ada sejumlah pria berbaju adat Jawa yang menyiprat-nyipratkan air ke umat. Di tempat air yang dibawa juga ada kelopak bunga yang dibagikan ke umat. Katanya, kalau disimpan kelopaknya, akan mendapat berkat. Beruntung saya mendapat kesempatan untuk mendapatkan kelopak bunga itu, akan tetapi sekarang kelopak itu sudah hilang entah kemana....
Selesai misa, kami harus menunggu sangat lama karena ada teman dari kelompok desa kami yang hilang. Angkutan yang ada juga sangat terbatas. Alhasil, kami pulang termasuk paling akhir, dan diantar sampai ke rumah masing-masing (seperti mobil jemputan saja...)
Komentar