Langsung ke konten utama

Live In (4): Ganjuran Church Is Even Better Than Lembah Karmel, IMO!

Hari ini kami bangun sangat pagi, karena jam 5 pagi rencananya kami berkumpul di rumah kepala desa untuk pergi ke pantai dengan naik sepur mini, yang sudah direncanakan dari hari sebelumnya. Untuk itu, kami harus membayar 15 ribu per orang. Tapi sepur mini itu terlambat datang, sehingga niat kami untuk melihat sunrise dari pantai terlambat sudah. Pantai yang kami kunjungi adalah Pantai Waru. Sebenarnya kami mau ke Pantai Samas, tapi tak jadi.
Pantai Samas adalah pantai yang lumayan indah. Ombaknya sangat besar, dan angin lautnya sangat kencang. Jam 9 kami kembali ke Krekah, dan makan siang. Kemudian kami berjalan-jalan ke rumah teman dan ikut makan bareng disana. Di rumah itu ternyata ada 5 orang teman kami yang di sana. Sebenarnya teman yang akan tinggal hanya ada 3 orang, cuma karena di rumah sebelahnya ada ular, jadi 2 orang lagi dipindahkan ke rumah itu.
Setelah makan siang bareng, kami menuju ke sawah karena 5 teman kami itu juga ingin turun ke sawah. Pulang dari sawah, kami mandi dan makan karena kami harus segera ke gereja Ganjuran naik sepur mini.
Ternyata sepur mini terlambat datang lagi. Kami sudah berkumpul dari jam 17.00 namun sekitar pukul 18.15 kami dijemput, karena sepur mininya ternyata rusak. Untung, sampai di sana misa belum dimulai.
Gereja Ganjuran ternyata adalah gereja yang sangat amat bagus, bahkan lebih bagus dari Lembah Karmel yang berada di daerah Puncak, menurut saya. Gereja Ganjuran terdiri dari bangunan terbuka yang sangat luas dan indah. Misa sendiri diadakan di depan Candi Ganjuran. Berbeda dengan candi pada umumnya, Candi Ganjuran merupakan candi dimana di dalam candi itu terdapat patung Bunda Maria. Di dekat candi ada sejumlah pancuran air yang katanya kalau minum air pancuran tersebut, bisa menyembuhkan berbagai penyakit.
Misa di gereja tersebut menggunakan bahasa dan adat Jawa. Karena banyak dari kami yang tak mendapat teksnya, maka ketika umat lain bernyanyi, kami tidak bernyanyi karena tidak tahu lagunya. Namun, untungnya untuk cerita-cerita menggunakan bahasa Indonesia.
Saat misa berakhir, ada tradisi selendang emas. Tradisi ini berupa arak-arakan yang dimulai dengan anak kecil di bagian depan, kemudian di belakangnya ada orang yang memakai selendang emas. Selendang emas itu dicium-cium oleh umat, yang katanya, kalau tidak salah, selendang itu mengandung "kekuatan" tertentu. Di belakang orang dengan selendang emas itu, ada sejumlah pria berbaju adat Jawa yang menyiprat-nyipratkan air ke umat. Di tempat air yang dibawa juga ada kelopak bunga yang dibagikan ke umat. Katanya, kalau disimpan kelopaknya, akan mendapat berkat. Beruntung saya mendapat kesempatan untuk mendapatkan kelopak bunga itu, akan tetapi sekarang kelopak itu sudah hilang entah kemana....
Selesai misa, kami harus menunggu sangat lama karena ada teman dari kelompok desa kami yang hilang. Angkutan yang ada juga sangat terbatas. Alhasil, kami pulang termasuk paling akhir, dan diantar sampai ke rumah masing-masing (seperti mobil jemputan saja...)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Tentang Shii

Setelah melihat blog ini dari awal sampai akhir saya baru menyadari bahwa belum ada entri yang menampilkan tentang profil saya kecuali yang ada di bagian profil. (Buset telat amat nyadarnya!!!) Karenanya saya akan menuliskan entri ini, yah walaupun amat sangat super duper hyper telat sekali banget (ada kata-kata lain yang lebih lebay?) saya akan memperkenalkan secara singkat, siapa sih Shii itu? Shii (atau yang di dunia nyata lebih dikenal dengan sebutan *****-nama disensor-) adalah manusia yang merasa dirinya alien atau sekurang-kurangnya, anak indigo, lah... *untuk yang terakhir ini saya sendiri tidak tahu pasti kebenarannya, jangan-jangan benar anak indigo?* Jika kalian melihat ada seseorang yang dianggap aneh atau merasa dirinya aneh di sekitar kalian, kemungkinan itu adalah Shii. Nama Shii diambil dari nama aslinya yaitu *******. Shii baginya dianggap nama yang simpel namun punya banyak arti. Nama Shii itu sendiri tercetus tidak sengaja ketika sedang melamun di kamarnya pada suatu

Tes Masuk Atmajaya (1)

Daripada freak dengan bilang "saya ikut tes masuk universitas berinisial A" yang sok-sokan disensor, mending saya langsung beberkan saja nama universitasnya, ya... Jadi, pada tanggal 21 November yang lalu, dengan merelakan batalnya photo session dan tidak hadirnya saya ke UNJ (dimana semua forum yang saya ikuti mengadakan gath disana) juga kerja kelompok sekolah, saya mengikuti tes masuk universitas yang punya 2 tempat (satu di sebelah Plaza Semanggi dan satunya lagi di seberang Emporium Pluit) selain di Jogjakarta ini. Karena dalam pikiran saya sudah penuh dengan kata-kata seperti "Kalo ga lulus tes ini, kamu ga bisa ikut bonenkai di RRI tanggal 12 Desember karena harus ikut tes FKG Trisakti" maka saya memutuskan agar meluluskan tes ini. Lagipula, saya sudah punya tekad, kalau saya diterima di suatu universitas, saya akan menjadi anggota klub jejepangan di sana dan menjadi panitia J-event. Dulu Atmajaya pernah mengadakan J-event, jadi tugas saya adalah menghidupkan

Junjou Romantica (Season 1 dan 2)

Sepertinya sudah lumayan lama saya tidak me-review anime, dan sekarang saya kembali akan me-review sebuah anime, kali ini dari genre yaoi/boy's love (BL). Anime ini memang sudah lama (sekitar 2-3 tahun lalu), tapi saya baru menontonnya akhir-akhir ini karena baru sempat mendownload, dan juga saya baru mengenal yaoi sejak pertengahan 2008. Walau temanya yaoi, tapi menurut saya tak ditampilkan terlalu eksplisit seperti halnya anime yaoi pada umumnya. Jadi, yah... cocok untuk segala kalangan, asalkan tidak keberatan dengan tema BL, tentu saja. Cerita dari anime ini berpusat pada 3 pasangan utama yang saling berkaitan satu sama lain, yakni: 1. Junjou Romantica: Misaki Takahashi (mahasiswa tingkat pertama universitas Mitsuhashi jurusan ekonomi) dan Usami Akihiko (penulis novel yang terkenal, memenangkan penghargaan, namun sangat disayangkan (?) beberapa karya novelnya bertemakan BL). Misaki mendapatkan nilai yang jelek saat persiapan tes masuk Universitas Mitsuhashi, jadi Takahiro, kaka