Seperti yang sudah saya janjikan, saya akan membuat tulisan tentang live in yang saya alami dari tanggal 31 Mei 2010-7 Juni 2010. Live in ini berlokasi di Kelurahan Gilangharjo, Pandak, Bantul, Yogyakarta. Di desa ini, peserta live in, yang merupakan satu angkatan dari sekolah saya, dibagi dalam 7 kelompok yang masing-masing menempati 7 desa, yaitu Ngaran, Karanggede, Tegallurung, Banjarwaru, Gunting, Depok, dan Krekah. Saya sendiri menempati desa Krekah. Tiap desa terdapat guru pembimbing, biasanya jumlahnya sekitar 2 sampai 3 guru.
Selama beberapa bulan sebelumnya, setiap hari Rabu jam pelajaran ke-8, kami peserta live in dikumpulkan di aula untuk mendengarkan pengarahan. Kemudian, pada hari Rabu tanggal 26 Mei, di papan pengumuman ditempelkan siapa menempati desa mana, rumah keluarga mana yang ditempati, dan serumah dengan siapa. Di papan itu, saya jadi mengetahui kalau tiap rumah terdiri dari 2 orang, kecuali ada 1 rumah yang ditempati 3 orang, karena jumlah muridnya ganjil.
Tanggal 27 Mei, setelah selesai ulangan umum, kami diberikan pengarahan tentang barang-barang apa saja yang harus disiapkan untuk live in, dan lain sebagainya. Kami juga diberikan buku panduan live in yang isinya jadwal kegiatan selama live in, nomor telepon guru pembimbing, dan sebagainya. Tanggal 29 Mei, hari Sabtu, kami masuk kembali. Kali ini kami dikumpulkan dalam kelompok menurut desa yang akan kami tinggali, dan diberikan pengarahan oleh guru pembimbing. Kami pun diajak untuk bertemu dengan teman serumah kami dan mendiskusikan apa oleh-oleh yang akan dibawa untuk diberikan pada keluarga angkat kami di sana.
31 Mei pun tiba, dan kami seharusnya diwajibkan sampai di sana paling lambat pukul 15.00. Namun karena satu dan lain hal, saya datang terlambat, pukul 15.30. Untungnya saya tak ketinggalan bus, karena saat saya akan menuju aula, ternyata anak-anak yang lain sudah hendak berangkat menuju ke bus.
Jam 16.00 bus berangkat, dan jam 18.15 bus berhenti sebentar untuk mengisi bensin di tol Cipularang. Jam 20.00 bus berhenti di sebuah restoran Sunda di daerah Rancaekek. Kami makan secara prasmanan di sana.
Perjalanan pun dilanjutkan kembali...
Selama beberapa bulan sebelumnya, setiap hari Rabu jam pelajaran ke-8, kami peserta live in dikumpulkan di aula untuk mendengarkan pengarahan. Kemudian, pada hari Rabu tanggal 26 Mei, di papan pengumuman ditempelkan siapa menempati desa mana, rumah keluarga mana yang ditempati, dan serumah dengan siapa. Di papan itu, saya jadi mengetahui kalau tiap rumah terdiri dari 2 orang, kecuali ada 1 rumah yang ditempati 3 orang, karena jumlah muridnya ganjil.
Tanggal 27 Mei, setelah selesai ulangan umum, kami diberikan pengarahan tentang barang-barang apa saja yang harus disiapkan untuk live in, dan lain sebagainya. Kami juga diberikan buku panduan live in yang isinya jadwal kegiatan selama live in, nomor telepon guru pembimbing, dan sebagainya. Tanggal 29 Mei, hari Sabtu, kami masuk kembali. Kali ini kami dikumpulkan dalam kelompok menurut desa yang akan kami tinggali, dan diberikan pengarahan oleh guru pembimbing. Kami pun diajak untuk bertemu dengan teman serumah kami dan mendiskusikan apa oleh-oleh yang akan dibawa untuk diberikan pada keluarga angkat kami di sana.
31 Mei pun tiba, dan kami seharusnya diwajibkan sampai di sana paling lambat pukul 15.00. Namun karena satu dan lain hal, saya datang terlambat, pukul 15.30. Untungnya saya tak ketinggalan bus, karena saat saya akan menuju aula, ternyata anak-anak yang lain sudah hendak berangkat menuju ke bus.
Jam 16.00 bus berangkat, dan jam 18.15 bus berhenti sebentar untuk mengisi bensin di tol Cipularang. Jam 20.00 bus berhenti di sebuah restoran Sunda di daerah Rancaekek. Kami makan secara prasmanan di sana.
Perjalanan pun dilanjutkan kembali...
Komentar