Langsung ke konten utama

A Trip to Neverland (2): Manusia Itu Ternyata Menakjubkan!





















Kira-kira begini petanya dari Lido ke Situgunung

Perjalanan dilakukan sekitar 4,5 jam. Rutenya, dari tol Jakarta kita menuju Ciawi yang kemudian bercabang dua, satu menuju Puncak dan satu ke Sukabumi. Pilihlah rute yang Sukabumi, lalu kita berjalan terus ke arah Danau Lido. Dari Danau Lido, masih beberapa saat lagi sebelum akhirnya ada belokan menuju Situgunung.
Situgunung tempat yang dingin, hijau, dan luas serta pemandangannya indah. Hanya saja, karena musim hujan, jalanannya menjadi cukup basah dan licin sehingga harus berhati-hati. Disana, kami langsung dibacakan nama-nama kami dan masuk ke pleton sesuai pleton kami. Sayangnya, ada bus yang belum datang karena bermasalah dengan kendaraannya, sehingga harus didatangkan bus yang baru. Kemudian, kami memasak makanan dan makan. Menu kelompok makan saya hari itu adalah telur dadar, dimana itu adalah makanan yang paling saya suka.
Malamnya, kami menjalani acara pembukaan berupa sebuah drama singkat tentang Neverland dari panitia, dilanjutkan belajar lagu tema Neverland. Kemudian, ada juga perkenalan panitia dengan cara menarik. Misalnya, seksi konsumsi akan berbaris membawa alat-alat masak, seksi dana akan membawa uang, seksi publikasi dan dokumentasi akan membawa kamera dan memotret kami dengan blitz, dan seterusnya. Lalu, kami membentuk kelompok main berdasarkan warna pangkal bulu yang ada saat dibagikan. Kelompok main ini harus melakukan talent show dan fashion show keesokan harinya. Untuk membeli item untuk talent dan fashion show, dibutuhkan pixie dust (yang sebenarnya hanyalah kertas metalik yang dibentuk bintang), mata uang yang berlaku di Neverland. Kelompok harus memenangkan perlombaan, merayu panitia, atau berhasil melalui suatu pos di hari kedua, untuk mendapatkan pixie dust ini. Jumlahnya terserah yang memberi, bisa 1, 2, atau bahkan 5.
Malam itu, sesudah mendiskusikan talent show, kami menjalani jurit malam sesuai dengan kelompok main kami. Dalam jurit malam ini, kami diberikan 6 lilin dan 2 kotak korek api. Kemudian, kami harus berjalan di dalam kegelapan, melewati semua pos satu-persatu. Hari itu, karena lilin sering mati disebabkan angin kencang dan hujan cukup deras, dan senter yang tak kunjung datang, kami kerap kali berjalan hanya mengandalkan perasaan. Di hari kedua, saat kami berjalan melewati tempat yang hampir sama seperti jurit malam hanya rutenya dibalik, kami baru mengetahui bahwa ada jalan yang kiri-kanan jurang dan cukup licin. Dan kami berjalan disana tanpa bantuan lilin ataupun senter, sepenuhnya bergantung pada bintang di langit yang berserakan bak pasir di pantai, hal yang takkan ditemui di Jakarta. Manusia itu ternyata menakjubkan!

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Tentang Shii

Setelah melihat blog ini dari awal sampai akhir saya baru menyadari bahwa belum ada entri yang menampilkan tentang profil saya kecuali yang ada di bagian profil. (Buset telat amat nyadarnya!!!) Karenanya saya akan menuliskan entri ini, yah walaupun amat sangat super duper hyper telat sekali banget (ada kata-kata lain yang lebih lebay?) saya akan memperkenalkan secara singkat, siapa sih Shii itu? Shii (atau yang di dunia nyata lebih dikenal dengan sebutan *****-nama disensor-) adalah manusia yang merasa dirinya alien atau sekurang-kurangnya, anak indigo, lah... *untuk yang terakhir ini saya sendiri tidak tahu pasti kebenarannya, jangan-jangan benar anak indigo?* Jika kalian melihat ada seseorang yang dianggap aneh atau merasa dirinya aneh di sekitar kalian, kemungkinan itu adalah Shii. Nama Shii diambil dari nama aslinya yaitu *******. Shii baginya dianggap nama yang simpel namun punya banyak arti. Nama Shii itu sendiri tercetus tidak sengaja ketika sedang melamun di kamarnya pada suatu

Tes Masuk Atmajaya (1)

Daripada freak dengan bilang "saya ikut tes masuk universitas berinisial A" yang sok-sokan disensor, mending saya langsung beberkan saja nama universitasnya, ya... Jadi, pada tanggal 21 November yang lalu, dengan merelakan batalnya photo session dan tidak hadirnya saya ke UNJ (dimana semua forum yang saya ikuti mengadakan gath disana) juga kerja kelompok sekolah, saya mengikuti tes masuk universitas yang punya 2 tempat (satu di sebelah Plaza Semanggi dan satunya lagi di seberang Emporium Pluit) selain di Jogjakarta ini. Karena dalam pikiran saya sudah penuh dengan kata-kata seperti "Kalo ga lulus tes ini, kamu ga bisa ikut bonenkai di RRI tanggal 12 Desember karena harus ikut tes FKG Trisakti" maka saya memutuskan agar meluluskan tes ini. Lagipula, saya sudah punya tekad, kalau saya diterima di suatu universitas, saya akan menjadi anggota klub jejepangan di sana dan menjadi panitia J-event. Dulu Atmajaya pernah mengadakan J-event, jadi tugas saya adalah menghidupkan

Junjou Romantica (Season 1 dan 2)

Sepertinya sudah lumayan lama saya tidak me-review anime, dan sekarang saya kembali akan me-review sebuah anime, kali ini dari genre yaoi/boy's love (BL). Anime ini memang sudah lama (sekitar 2-3 tahun lalu), tapi saya baru menontonnya akhir-akhir ini karena baru sempat mendownload, dan juga saya baru mengenal yaoi sejak pertengahan 2008. Walau temanya yaoi, tapi menurut saya tak ditampilkan terlalu eksplisit seperti halnya anime yaoi pada umumnya. Jadi, yah... cocok untuk segala kalangan, asalkan tidak keberatan dengan tema BL, tentu saja. Cerita dari anime ini berpusat pada 3 pasangan utama yang saling berkaitan satu sama lain, yakni: 1. Junjou Romantica: Misaki Takahashi (mahasiswa tingkat pertama universitas Mitsuhashi jurusan ekonomi) dan Usami Akihiko (penulis novel yang terkenal, memenangkan penghargaan, namun sangat disayangkan (?) beberapa karya novelnya bertemakan BL). Misaki mendapatkan nilai yang jelek saat persiapan tes masuk Universitas Mitsuhashi, jadi Takahiro, kaka