Langsung ke konten utama

Keprihatinan Nasional (2)

Sebenarnya masih banyak, sih, contoh-contoh dari keprihatinan nasional yang saya temui. Namun, untuk mempersingkat, saya tuliskan saja apa solusinya menurut saya.

Nah, menurut saya masalah ini solusinya hanya ada dalam diri masing-masing. Kalau kita sendiri tidak sadar untuk menjaga keutuhan negara kita, siapa lagi? Apa kita mau terus-terusan ditindas oleh negara lain??

---
Sebelum menuliskan entri ke-2 ini saya sempat menyebarkan kuesioner lewat SMS ke sejumlah orang. Pertanyaannya sama dengan yang guru sejarah saya berikan: "Maukah anda pindah kewarganegaraan jika diberikan kesempatan?" Berikut jawaban-jawaban mereka:
-Mau: 4 orang
-Tidak: 6 orang
Tergantung: 2 orang
Hasil yang membuat saya cukup terhibur karena setidaknya jumlah yang menjawab "tidak" makin bertambah ^^

Alasan yang bagus menurut saya: (tentunya diterjemahkan dari bahasa SMS)
-Tidak mau, karena biarpun banyak hal dari Indonesia yang tidak saya suka, tapi saya sangat menyukai negara kita yang punya banyak ragam budaya, bahasa, dan alamnya yang bikin ga nahan.... >w<
Pendapat saya: hoho... sebenarnya saya juga begini ^^
-Tidak. Karena saya sudah menanamkan pada diri saya, kalau hidup saya hanya untuk Indonesia.
-Tidak, karena saya sudah nyaman di Indonesia, apalagi dari kecil sampai sekarang saya di Indonesia, jadi saya tumbuh bersama tanah Indonesia.
Pendapat saya: alasan yang mirip tapi bagus...

-Mau, karena muak dengan Indonesia. Contohnya, kalau Indonesia kaya akan SDA,kenapa banyak yang kelaparan? Banyak yang miskin? Itu karena orangnya BODOH...
Pendapat saya: yah memang sih... tapi apa orang-orang yang sependapat dengan Anda, kenapa tidak tergerak untuk mengubah Indonesia? Pada zaman sebelum kemerdekaan saja, para generasi muda Indonesia bisa bangkit, bersatu, menyatakan Sumpah Pemuda... Bahkan saat sebelum kemerdekaan, beberapa pemuda berkumpul dengan generasi yang lebih tua untuk membicarakan kemerdekaan Indonesia. Kalau dulu saja bisa seperti itu, masa sekarang tidak bisa? Kita harus bangkit!
----

Ada yang mengatakan bahwa "25 tahun lagi, kalau kondisinya terus memburuk seperti ini, negara Indonesia bisa hancur". 25 tahun lagi siapa yang meneruskan kepemimpinan negara ini? Tentu saja kita, generasi muda Indonesia, generasi penerus bangsa. Tapi kalau kebanggaan menjadi warga negara Indonesia saja tidak ada, kebanggaan menggunakan bahasa Indonesia, kebanggaan mempunyai budaya yang beraneka ragam, bagaimana jadinya negara ini??

Komentar

Veronica Gabriella mengatakan…
siapan pun yang ingin menjelek-jelkkan indonesia, silahkan debatkan hal itu dengan saya.
Dan saya yakin, saya akan menang dan berkata:
'saya akan melindungi indonesia dari orang-orang seperti anda yang melumpuri tanah negeri saya'
takkan saya biarkan mereka meludah di tanah kebangsaan saya, Indonesia. Karena saya mencintai indoneisa, tanah indonesia telah megalir dalam darahku begitu pula sebaliknya. Ini juga adl salah satu alasan mengapa saya bercita-cinta menjadi salah satu politikus indonesia, krna satu tjuan, mengubah ini semua!
Thx Kak Jesica for your written. I like it.

Postingan populer dari blog ini

Tentang Shii

Setelah melihat blog ini dari awal sampai akhir saya baru menyadari bahwa belum ada entri yang menampilkan tentang profil saya kecuali yang ada di bagian profil. (Buset telat amat nyadarnya!!!) Karenanya saya akan menuliskan entri ini, yah walaupun amat sangat super duper hyper telat sekali banget (ada kata-kata lain yang lebih lebay?) saya akan memperkenalkan secara singkat, siapa sih Shii itu? Shii (atau yang di dunia nyata lebih dikenal dengan sebutan *****-nama disensor-) adalah manusia yang merasa dirinya alien atau sekurang-kurangnya, anak indigo, lah... *untuk yang terakhir ini saya sendiri tidak tahu pasti kebenarannya, jangan-jangan benar anak indigo?* Jika kalian melihat ada seseorang yang dianggap aneh atau merasa dirinya aneh di sekitar kalian, kemungkinan itu adalah Shii. Nama Shii diambil dari nama aslinya yaitu *******. Shii baginya dianggap nama yang simpel namun punya banyak arti. Nama Shii itu sendiri tercetus tidak sengaja ketika sedang melamun di kamarnya pada suatu

Tes Masuk Atmajaya (1)

Daripada freak dengan bilang "saya ikut tes masuk universitas berinisial A" yang sok-sokan disensor, mending saya langsung beberkan saja nama universitasnya, ya... Jadi, pada tanggal 21 November yang lalu, dengan merelakan batalnya photo session dan tidak hadirnya saya ke UNJ (dimana semua forum yang saya ikuti mengadakan gath disana) juga kerja kelompok sekolah, saya mengikuti tes masuk universitas yang punya 2 tempat (satu di sebelah Plaza Semanggi dan satunya lagi di seberang Emporium Pluit) selain di Jogjakarta ini. Karena dalam pikiran saya sudah penuh dengan kata-kata seperti "Kalo ga lulus tes ini, kamu ga bisa ikut bonenkai di RRI tanggal 12 Desember karena harus ikut tes FKG Trisakti" maka saya memutuskan agar meluluskan tes ini. Lagipula, saya sudah punya tekad, kalau saya diterima di suatu universitas, saya akan menjadi anggota klub jejepangan di sana dan menjadi panitia J-event. Dulu Atmajaya pernah mengadakan J-event, jadi tugas saya adalah menghidupkan

Junjou Romantica (Season 1 dan 2)

Sepertinya sudah lumayan lama saya tidak me-review anime, dan sekarang saya kembali akan me-review sebuah anime, kali ini dari genre yaoi/boy's love (BL). Anime ini memang sudah lama (sekitar 2-3 tahun lalu), tapi saya baru menontonnya akhir-akhir ini karena baru sempat mendownload, dan juga saya baru mengenal yaoi sejak pertengahan 2008. Walau temanya yaoi, tapi menurut saya tak ditampilkan terlalu eksplisit seperti halnya anime yaoi pada umumnya. Jadi, yah... cocok untuk segala kalangan, asalkan tidak keberatan dengan tema BL, tentu saja. Cerita dari anime ini berpusat pada 3 pasangan utama yang saling berkaitan satu sama lain, yakni: 1. Junjou Romantica: Misaki Takahashi (mahasiswa tingkat pertama universitas Mitsuhashi jurusan ekonomi) dan Usami Akihiko (penulis novel yang terkenal, memenangkan penghargaan, namun sangat disayangkan (?) beberapa karya novelnya bertemakan BL). Misaki mendapatkan nilai yang jelek saat persiapan tes masuk Universitas Mitsuhashi, jadi Takahiro, kaka