Langsung ke konten utama

Tur Cina Selatan + Hongkong (5): City of Otaku?


Kami mengawali hari kelima dengan sarapan pagi yang cukup enak, lalu berangkat ke pelabuhan Macau. Dari sana, kami naik ferry menuju Hongkong. Saya yang baru pertama kali naik ferry menemukan bahwa naik ferry itu sangat menyenangkan. Kira-kira interiornya seperti pesawat tapi tempat duduknya lebih banyak dalam satu baris. Namun, menjelang sampai Hongkong, ferry bergoyang cukup kencang sehingga membuat saya nyaris mabuk laut. Untungnya, saya tidak kenapa-napa.


Di Hongkong, guide lokalnya juga pandai berbahasa Indonesia. Rupanya ia pernah tinggal di Jakarta 4 tahun. Tempat pertama yang kami kunjungi di Hongkong adalah Avenue of Stars yang terletak di pinggir laut. Ini adalah semacam tempat dimana di sepanjang jalannya ada tapak tangan bintang film Hongkong, kira-kira seperti di Hollywood. Satu hal yang menarik: pemandangan kota di sana sangat indah, dan ada perahu naga berjejer di sana ketika saya mengunjunginya, memberi kesan tradisional sekaligus modern yang unik.
Sesudah itu, kami makan siang. Makan siang kali ini adalah makanan Thailand yang cukup enak, dari sate, tomyam, sampai puding kacang merah. Setelah itu, kami mampir sebentar ke toko perhiasan yang menjual antara lain kalung berbentuk unik yaitu wheel of fortune yang bisa berputar jika digoyangkan, dan gelang magnetik. Kami pun pergi ke toko coklat yang menjual berbagai jenis coklat dari berbagai negara seperti Malaysia dan Belgia.
Kami pun akhirnya menuju ke tempat tertinggi di Hongkong yaitu Victoria Peak. Di tempat ini, ada semacam mal, dimana di mal ini terdapat Museum Lilin Madame Tussauds. Museum ini memiliki beberapa cabang di berbagai belahan dunia, salah satunya di Hongkong. Ada berbagai macam patung lilin di Madame Tussauds, semuanya lengkap dengan pakaian dan aksesori. Tokoh yang ditampilkan mulai dari tokoh terkenal di Cina dan Hongkong seperti Teresa Teng (penyanyi zaman dulu) atau Yao Ming (pemain basket Cina), sampai tokoh dunia seperti Lady Gaga, Mozart, dan Shakespeare. Namun diantara semua, yang paling menarik perhatian saya adalah Yoshiki Hayashi, drummer X-Japan, band terkenal Jepang yang dulu pernah saya amat sukai. Selain Museum Madame Tussauds, di Victoria Peak juga terdapat tempat yang memungkinkan kita melihat seluruh penjuru kota dari ketinggian.

Sesudah dari Victoria Peak, kami turun lagi dan menuju ke  Golden Bauhinia Square, monumen kota Hongkong. Lalu kami ke Ladies Market. Ini adalah pusat perbelanjaan yang terdiri atas lapak-lapak dan toko. Yang dijual macam-macam, mulai dari oleh-oleh seperti T-Shirt kota Hongkong, gantungan kunci. Lalu ada lagi barang-barang seperti tas bermerek palsu maupun asli, barang elektronik beserta aksesorinya, dan pakaian bermerek yang semua dijual dengan harga relatif lebih terjangkau dari di Indonesia. Namun, yang paling membuat saya kaget adalah adanya dua toko yang menjual pernak-pernik anime! Satu toko tidak terlalu lengkap, hanya menjual poster kain dari anime terkenal seperti Naruto atau Bleach. Satu toko lagi membuat saya speechless karena sampai menjual barang-barang anime yang "unik" seperti dakimakura dan oppaipad. Satu-satunya jualan yang normal di lapak itu hanyalah aksesori ponsel. Rasanya melihat lapak itu mengingatkan saya pada toko pernak-pernik anime di Indonesia.

Karena malam itu kami tidak diberikan makan malam, maka kami mencari makan malam sendiri. Karena ada masalah dengan hotel, seperti hotel yang tiba-tiba pindah lokasi dan kekurangan kamar, akhirnya kami baru bisa mencari makanan saat sudah jam 9.
Kami pun mengelilingi lokasi sekitar hotel dan berharap menemukan restoran yang masih buka. Akhirnya, setelah beberapa lama mencari, kami menemukan restoran Korea yang cukup ramai dan penuh anak muda, sehingga kami yakin harga makanannya tak terlalu mahal. Kami pun makan di restoran itu. Makanannya lumayan enak.
Pulang ke hotel, kami memutuskan untuk membeli air minum karena tak ada air yang disediakan di hotel. Kami pun membeli air di 7-Eleven (Sevel). Ternyata! Di Sevel saya menemukan hal menarik. Bukan hanya tak adanya tempat duduk untuk nongkrong seperti halnya Sevel di Jakarta, atau menunya yang berbeda dengan Sevel Jakarta, atau produknya yang unik-unik. Itu semua memang menarik, tapi saat saya berjalan menuju konter majalah, saya menemukan sebuah majalah anime! Aniwave namanya, dengan cover Kuroyukihime-senpai, karakter dari anime Accel World. Saya tak bisa berbahasa Mandarin, jadi saya melihat-lihat gambarnya saja. Ternyata Aniwave cukup lengkap, selain ada bahasan anime ternyata ada juga rubrik lain seperti rubrik yang memajang foto cosplay, mengingatkan saya pada majalah Cosmagz di Indonesia. Harga majalahnya pun tak mahal, 15 HK$, lebih murah dari majalah Animonstar.
Malam itu, saya kembali ke hotel kami, Hotel Kimberley, dengan perasaan bahagia. Setelah beberapa lama tidak menyentuh hal-hal terkait anime, akhirnya saya menemukan dua hal terkait anime sekaligus di Hongkong dalam sehari! Benar-benar kejadian tak terduga.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Tentang Shii

Setelah melihat blog ini dari awal sampai akhir saya baru menyadari bahwa belum ada entri yang menampilkan tentang profil saya kecuali yang ada di bagian profil. (Buset telat amat nyadarnya!!!) Karenanya saya akan menuliskan entri ini, yah walaupun amat sangat super duper hyper telat sekali banget (ada kata-kata lain yang lebih lebay?) saya akan memperkenalkan secara singkat, siapa sih Shii itu? Shii (atau yang di dunia nyata lebih dikenal dengan sebutan *****-nama disensor-) adalah manusia yang merasa dirinya alien atau sekurang-kurangnya, anak indigo, lah... *untuk yang terakhir ini saya sendiri tidak tahu pasti kebenarannya, jangan-jangan benar anak indigo?* Jika kalian melihat ada seseorang yang dianggap aneh atau merasa dirinya aneh di sekitar kalian, kemungkinan itu adalah Shii. Nama Shii diambil dari nama aslinya yaitu *******. Shii baginya dianggap nama yang simpel namun punya banyak arti. Nama Shii itu sendiri tercetus tidak sengaja ketika sedang melamun di kamarnya pada suatu

Tes Masuk Atmajaya (1)

Daripada freak dengan bilang "saya ikut tes masuk universitas berinisial A" yang sok-sokan disensor, mending saya langsung beberkan saja nama universitasnya, ya... Jadi, pada tanggal 21 November yang lalu, dengan merelakan batalnya photo session dan tidak hadirnya saya ke UNJ (dimana semua forum yang saya ikuti mengadakan gath disana) juga kerja kelompok sekolah, saya mengikuti tes masuk universitas yang punya 2 tempat (satu di sebelah Plaza Semanggi dan satunya lagi di seberang Emporium Pluit) selain di Jogjakarta ini. Karena dalam pikiran saya sudah penuh dengan kata-kata seperti "Kalo ga lulus tes ini, kamu ga bisa ikut bonenkai di RRI tanggal 12 Desember karena harus ikut tes FKG Trisakti" maka saya memutuskan agar meluluskan tes ini. Lagipula, saya sudah punya tekad, kalau saya diterima di suatu universitas, saya akan menjadi anggota klub jejepangan di sana dan menjadi panitia J-event. Dulu Atmajaya pernah mengadakan J-event, jadi tugas saya adalah menghidupkan

Junjou Romantica (Season 1 dan 2)

Sepertinya sudah lumayan lama saya tidak me-review anime, dan sekarang saya kembali akan me-review sebuah anime, kali ini dari genre yaoi/boy's love (BL). Anime ini memang sudah lama (sekitar 2-3 tahun lalu), tapi saya baru menontonnya akhir-akhir ini karena baru sempat mendownload, dan juga saya baru mengenal yaoi sejak pertengahan 2008. Walau temanya yaoi, tapi menurut saya tak ditampilkan terlalu eksplisit seperti halnya anime yaoi pada umumnya. Jadi, yah... cocok untuk segala kalangan, asalkan tidak keberatan dengan tema BL, tentu saja. Cerita dari anime ini berpusat pada 3 pasangan utama yang saling berkaitan satu sama lain, yakni: 1. Junjou Romantica: Misaki Takahashi (mahasiswa tingkat pertama universitas Mitsuhashi jurusan ekonomi) dan Usami Akihiko (penulis novel yang terkenal, memenangkan penghargaan, namun sangat disayangkan (?) beberapa karya novelnya bertemakan BL). Misaki mendapatkan nilai yang jelek saat persiapan tes masuk Universitas Mitsuhashi, jadi Takahiro, kaka