Beberapa bulan sebelum masuk kampus, saya pernah bertanya di grup cosplay yang saya ikuti, adakah klub Jepang di kampus saya? Salah satu anggota menjawab ada, tapi tidak ada di fakultas saya karena letaknya berjauhan. Setahu dia, tidak ada anak fakultas saya yang tergabung di klub Jepang tersebut. Saya punya beberapa kenalan cosplayer di kampus utama saya, dan tahu bahwa di fakultas saya di kampus tempat saya kuliah pernah ada salah satu tim cosplay yang lumayan terkenal di masa lampau. Sayangnya, saat ini sepertinya kemunculan mereka di event semakin jarang. Saya sempat meng-add salah satu dari mereka, dan memang benar, kemunculan mereka tidak sesering dulu, dimana mereka bahkan pernah diprofilkan di salah satu majalah cosplay yang terbit di Indonesia. Saat mendengar bahwa klub Jepang di fakultas saya yang “diasingkan” itu tidak ada, salah satu tekad saya adalah mencari anak-anak penggemar Jejepangan di kampus saya lalu membangkitkan kembali klub Jepang itu, bahkan kalau perlu membentuk tim cosplay lagi. Ternyata orang yang menjawab di grup cosplay waktu itu salah. Saat pengenalan kampus tingkat fakultas, kami, anak-anak baru, diajak berkeliling untuk melihat promosi unit kegiatan mahasiswa (UKM). Ternyata, ada salah satu stand yang penuh dengan pepakura, suvenir khas Jejepangan, orang-orang memakai yukata, dan lain sebagainya. Ada klub Jepang di fakultas saya! Saya langsung bertekad bahwa itu adalah klub yang pertama kali saya akan gabung, selain beberapa UKM sebelumnya yang saya tertarik. UKM klub Jepang itu bernama MNC. Singkat cerita, pengenalan kampus selesai dan kegiatan perkuliahan dimulai. Secara kebetulan, kuliah pertama, dosennya berbicara tentang seorang mahasiswa yang sudah ko-ass dan masih membaca komik. Dia berkata hal itu terlalu kekanak-kanakan, hal yang merupakan pendapat awam tentang komik. (Padahal, komik ada yang 17+ juga, kan). Ternyata, kakak kelas pun ada yang merupakan penggemar Jejepangan. Nah, di hari pertama ini, karena telat, saya duduk di paling belakang bersama dengan seorang anak bernama TAL yang bersama-sama dengan saya di dalam lift menuju ruang kuliah hari itu. Ternyata, TAL juga suka Jejepangan dan berniat bergabung MNC. Penggemar Jejepangan bertambah satu lagi. Pulang kuliah, saya iseng-iseng meng-SMS salah satu nomor telepon seluler yang ada di brosur MNC. Dari situ, saya kemudian diminta untuk mengedarkan kertas yang diberikan kakak kelas yang nantinya diisi data-data berupa nama, NIM, nomor HP dan pin BB (kalau ada) bagi yang tertarik masuk MNC. Kertas itu akan dikembalikan keesokan harinya. Dan sembari menunggu, malam saat keesokan harinya saya akan menyerahkan kertas itu, saya meng-add satu-persatu pin BB yang ada untuk menambah kontak penggemar Jejepangan. Nomor HP waktu itu tidak saya simpan, walau saya tahu ada beberapa orang yang tidak memakai BB yang menuliskan datanya di sana. Waktu berlalu. Beberapa hari kemudian, saya pergi ke perpustakaan untuk mencari Learning Objective dari Problem Based Learning. Apa itu? Singkatnya, itu seperti PR kita dalam suatu diskusi kelompok mengenai suatu kasus yang berkaitan dengan blok yang sedang dipelajari. Masih tidak mengerti maksudnya? Silakan tanya Google karena itu bukan inti dari cerita ini. *penulis dihajar massa* Nah, kembali ke cerita inti. Di perpustakaan itu, saya menjumpai 2 orang yang sedang membaca mangascan The World God Only Knows. Karena FC dan AS yang ada di cerita pertama itu adalah perempuan, sedangkan 2 orang ini adalah laki-laki, saya langsung berkesimpulan bahwa ini penggemar Jejepangan lain yang saya temui. Akhirnya, saya mengajak ngobrol mereka, dan kemudian diketahui bahwa mereka memang penggemar Jejepangan yang sudah tingkat atas. Kami pun bertukar nomor HP, dan setelah itu mereka terlupakan sementara oleh saya. Suatu kali, saat saya sedang memajang suatu display picture di BBM saya tentang sesuatu yang saya dapat dari gathering Kaori Nusantara, forum animanga yang saya ikuti, seseorang berkomentar terhadap display picture tersebut. Saya langsung ingat bahwa dia adalah salah seorang yang saya add BBM-nya, yaitu DI. Dari perkenalan itu, saya kemudian sering mengobrol dengan DI yang kemudian mengenalkan saya pada beberapa orang penggemar Jejepangan yang ia kenal baik di dalam kampus maupun di luar, salah satunya kakak kelas yang sudah koass berinisial RT. Saya berpikir, mungkin ini kakak kelas yang dimaksud sang dosen di pertemuan pertama kuliah itu, tapi saya tak pernah tahu kebenarannya sampai sekarang. Saya dan RT pun berkenalan, dan dari obrolan standar dan suatu kali kami sampai ke pembicaraan soal anime yang disebut-sebut anime terbaik tahun 2011, Puella Magi Madoka Magica. Ternyata dia menyukai tokoh Kyuubey di anime tersebut, begitu pula saya. Sejak saat itu, sampai saat entri ini ditulis, kami sering BBM-an hanya memakai autotext Kyuubey, yang mungkin dianggap aneh oleh semua orang kecuali kami. RT adalah kakak kelas yang dikenal memiliki spesialisasi dalam bidang game puzzle. Dulu, saat tanding antar angkatan, dia pernah mewakili angkatannya dalam kompetisi catur. Saat MNC pun, dia akan mengajar igo, semacam permainan catur asal Jepang. Ia juga memiliki satu set komik Hikaru no Go, seri yang menurut saya salah satu anime terbagus yang pernah saya tonton, dan meminjami saya komik tersebut. Belakangan, saat mengenal dia lebih lanjut, dia juga suka bermain rubik dan pernah membeli rubik saat saya ke pre-event Toys Fair bersama dia dan lainnya. Ucapan Natal dari dia adalah yang paling saya ingat, karena sangat unik dengan segala puzzle Matematika buatan dia sendiri. Bersambung dulu ke part selanjutnya~
Beberapa bulan sebelum masuk kampus, saya pernah bertanya di grup cosplay yang saya ikuti, adakah klub Jepang di kampus saya? Salah satu anggota menjawab ada, tapi tidak ada di fakultas saya karena letaknya berjauhan. Setahu dia, tidak ada anak fakultas saya yang tergabung di klub Jepang tersebut. Saya punya beberapa kenalan cosplayer di kampus utama saya, dan tahu bahwa di fakultas saya di kampus tempat saya kuliah pernah ada salah satu tim cosplay yang lumayan terkenal di masa lampau. Sayangnya, saat ini sepertinya kemunculan mereka di event semakin jarang. Saya sempat meng-add salah satu dari mereka, dan memang benar, kemunculan mereka tidak sesering dulu, dimana mereka bahkan pernah diprofilkan di salah satu majalah cosplay yang terbit di Indonesia. Saat mendengar bahwa klub Jepang di fakultas saya yang “diasingkan” itu tidak ada, salah satu tekad saya adalah mencari anak-anak penggemar Jejepangan di kampus saya lalu membangkitkan kembali klub Jepang itu, bahkan kalau perlu membentuk tim cosplay lagi. Ternyata orang yang menjawab di grup cosplay waktu itu salah. Saat pengenalan kampus tingkat fakultas, kami, anak-anak baru, diajak berkeliling untuk melihat promosi unit kegiatan mahasiswa (UKM). Ternyata, ada salah satu stand yang penuh dengan pepakura, suvenir khas Jejepangan, orang-orang memakai yukata, dan lain sebagainya. Ada klub Jepang di fakultas saya! Saya langsung bertekad bahwa itu adalah klub yang pertama kali saya akan gabung, selain beberapa UKM sebelumnya yang saya tertarik. UKM klub Jepang itu bernama MNC. Singkat cerita, pengenalan kampus selesai dan kegiatan perkuliahan dimulai. Secara kebetulan, kuliah pertama, dosennya berbicara tentang seorang mahasiswa yang sudah ko-ass dan masih membaca komik. Dia berkata hal itu terlalu kekanak-kanakan, hal yang merupakan pendapat awam tentang komik. (Padahal, komik ada yang 17+ juga, kan). Ternyata, kakak kelas pun ada yang merupakan penggemar Jejepangan. Nah, di hari pertama ini, karena telat, saya duduk di paling belakang bersama dengan seorang anak bernama TAL yang bersama-sama dengan saya di dalam lift menuju ruang kuliah hari itu. Ternyata, TAL juga suka Jejepangan dan berniat bergabung MNC. Penggemar Jejepangan bertambah satu lagi. Pulang kuliah, saya iseng-iseng meng-SMS salah satu nomor telepon seluler yang ada di brosur MNC. Dari situ, saya kemudian diminta untuk mengedarkan kertas yang diberikan kakak kelas yang nantinya diisi data-data berupa nama, NIM, nomor HP dan pin BB (kalau ada) bagi yang tertarik masuk MNC. Kertas itu akan dikembalikan keesokan harinya. Dan sembari menunggu, malam saat keesokan harinya saya akan menyerahkan kertas itu, saya meng-add satu-persatu pin BB yang ada untuk menambah kontak penggemar Jejepangan. Nomor HP waktu itu tidak saya simpan, walau saya tahu ada beberapa orang yang tidak memakai BB yang menuliskan datanya di sana. Waktu berlalu. Beberapa hari kemudian, saya pergi ke perpustakaan untuk mencari Learning Objective dari Problem Based Learning. Apa itu? Singkatnya, itu seperti PR kita dalam suatu diskusi kelompok mengenai suatu kasus yang berkaitan dengan blok yang sedang dipelajari. Masih tidak mengerti maksudnya? Silakan tanya Google karena itu bukan inti dari cerita ini. *penulis dihajar massa* Nah, kembali ke cerita inti. Di perpustakaan itu, saya menjumpai 2 orang yang sedang membaca mangascan The World God Only Knows. Karena FC dan AS yang ada di cerita pertama itu adalah perempuan, sedangkan 2 orang ini adalah laki-laki, saya langsung berkesimpulan bahwa ini penggemar Jejepangan lain yang saya temui. Akhirnya, saya mengajak ngobrol mereka, dan kemudian diketahui bahwa mereka memang penggemar Jejepangan yang sudah tingkat atas. Kami pun bertukar nomor HP, dan setelah itu mereka terlupakan sementara oleh saya. Suatu kali, saat saya sedang memajang suatu display picture di BBM saya tentang sesuatu yang saya dapat dari gathering Kaori Nusantara, forum animanga yang saya ikuti, seseorang berkomentar terhadap display picture tersebut. Saya langsung ingat bahwa dia adalah salah seorang yang saya add BBM-nya, yaitu DI. Dari perkenalan itu, saya kemudian sering mengobrol dengan DI yang kemudian mengenalkan saya pada beberapa orang penggemar Jejepangan yang ia kenal baik di dalam kampus maupun di luar, salah satunya kakak kelas yang sudah koass berinisial RT. Saya berpikir, mungkin ini kakak kelas yang dimaksud sang dosen di pertemuan pertama kuliah itu, tapi saya tak pernah tahu kebenarannya sampai sekarang. Saya dan RT pun berkenalan, dan dari obrolan standar dan suatu kali kami sampai ke pembicaraan soal anime yang disebut-sebut anime terbaik tahun 2011, Puella Magi Madoka Magica. Ternyata dia menyukai tokoh Kyuubey di anime tersebut, begitu pula saya. Sejak saat itu, sampai saat entri ini ditulis, kami sering BBM-an hanya memakai autotext Kyuubey, yang mungkin dianggap aneh oleh semua orang kecuali kami. RT adalah kakak kelas yang dikenal memiliki spesialisasi dalam bidang game puzzle. Dulu, saat tanding antar angkatan, dia pernah mewakili angkatannya dalam kompetisi catur. Saat MNC pun, dia akan mengajar igo, semacam permainan catur asal Jepang. Ia juga memiliki satu set komik Hikaru no Go, seri yang menurut saya salah satu anime terbagus yang pernah saya tonton, dan meminjami saya komik tersebut. Belakangan, saat mengenal dia lebih lanjut, dia juga suka bermain rubik dan pernah membeli rubik saat saya ke pre-event Toys Fair bersama dia dan lainnya. Ucapan Natal dari dia adalah yang paling saya ingat, karena sangat unik dengan segala puzzle Matematika buatan dia sendiri. Bersambung dulu ke part selanjutnya~
Komentar