Langsung ke konten utama

Indonesiasi Bahasa Asing

"9 dari 10 kata bahasa Indonesia adalah asing." Begitu salah satu ungkapan yang terdapat dalam judul buku di perpustakaan saya. Yah, memang ada benarnya juga.
Sehari-hari kita akrab dengan kata-kata asing. Contohnya, lebih akrab mana di telinga kita, fesyen atau tata busana? Scan atau pindai? HP atau ponsel? Dan sebagainya. Rasanya aneh saja kalau mendengar orang bilang seperti ini, "Nyalakan pendingin ruangan, ya!" ketimbang "Nyalakan AC-nya, ya!". Atau, saat tanpa sengaja menyenggol orang di jalan, orang lain atau kita lebih sering berkata "Sorry" ketimbang "Maaf". Bahkan, mungkin kita lebih sering mengucapkan "Thanks" ketimbang "Terima kasih" atau "Makasih" saat menerima sesuatu dari seseorang.
Mungkin jika saya bertanya, "Kenapa kalian lebih memilih menggunakan kata-kata asing itu dibandingkan dengan kata-kata dalam bahasa Indonesianya?", kalian akan menjawab berbagai alasan, mulai dari "Nanti susah dimengerti" atau "Susah mencari padanan kata bahasa Indonesianya". Memang tak dapat dipungkiri, sejumlah kata memang susah dicari padanannya. Misalnya, sampai sekarang, saya masih bingung padanan untuk kata "thread" yang biasanya digunakan di forum Internet. Dan tak semua orang akrab dengan istilah Indonesia dari suatu kata asing. Saya tidak yakin apa semua orang mengerti kata "unduh" dan "unggah" ketimbang "download" dan "upload", atau lebih akrab dengan "salin-tempel" ketimbang "copy-paste".
Saya sendiri sebenarnya juga termasuk orang yang lebih senang menggunakan istilah asing. Salah satu teman saya, yang memang senang memakai istilah bahasa Indonesia ketimbang bahasa asing, pernah mengirimkan SMS berisi istilah asing ke saya, begini kira-kira bunyinya, "Mau kirim lewat PM atau surel saja?" Dalam hati saya bertanya, "Surel itu apa?", dan sedetik kemudian saya baru tahu kalau "surel" itu sama dengan "e-mail". Sejak saat itu saya mulai mencari istilah-istilah asing dan padanannya dalam bahasa Indonesia, hingga akhirnya saya benar-benar dapat mempraktekannya, terutama pada ulangan TIK kemarin. Soal-soal pilihan gandanya hampir semua memuat istilah asing, seperti "browser", "server", dan seterusnya. Saat esai, saya menjawab dalam bahasa Indonesia tanpa istilah asing tersebut, kecuali di kalimat jawaban atas pertanyaan "Apa yang dimaksud dengan server?", karena kalau saya langsung menjawab dalam bahasa Indonesia, "Peladen adalah ......." nanti gurunya malah bingung, mungkin. Tapi untuk kata-kata lainnya, saya usahakan dalam bahasa Indonesia.
Pesan saya: rajin-rajinlah memakai kata dalam bahasa Indonesia, selama masih ada padanan katanya. Mungkin awal-awal rasanya agak membingungkan, tapi lama-kelamaan pasti akan terbiasa, kok.

-Terima kasih kepada saudara Kevin Wilyan yang telah membuat mata saya terbuka sehingga saya dapat menulis entri ini. Mari kita populerkan istilah bahasa Indonesia di tengah masyarakat..-

Komentar

Anonim mengatakan…
mungkin bisa juga baca Rubrik Bahasa untuk bahan tambahan:
http://rubrikbahasa.wordpress.com/

Postingan populer dari blog ini

Tentang Shii

Setelah melihat blog ini dari awal sampai akhir saya baru menyadari bahwa belum ada entri yang menampilkan tentang profil saya kecuali yang ada di bagian profil. (Buset telat amat nyadarnya!!!) Karenanya saya akan menuliskan entri ini, yah walaupun amat sangat super duper hyper telat sekali banget (ada kata-kata lain yang lebih lebay?) saya akan memperkenalkan secara singkat, siapa sih Shii itu? Shii (atau yang di dunia nyata lebih dikenal dengan sebutan *****-nama disensor-) adalah manusia yang merasa dirinya alien atau sekurang-kurangnya, anak indigo, lah... *untuk yang terakhir ini saya sendiri tidak tahu pasti kebenarannya, jangan-jangan benar anak indigo?* Jika kalian melihat ada seseorang yang dianggap aneh atau merasa dirinya aneh di sekitar kalian, kemungkinan itu adalah Shii. Nama Shii diambil dari nama aslinya yaitu *******. Shii baginya dianggap nama yang simpel namun punya banyak arti. Nama Shii itu sendiri tercetus tidak sengaja ketika sedang melamun di kamarnya pada suatu

Tes Masuk Atmajaya (1)

Daripada freak dengan bilang "saya ikut tes masuk universitas berinisial A" yang sok-sokan disensor, mending saya langsung beberkan saja nama universitasnya, ya... Jadi, pada tanggal 21 November yang lalu, dengan merelakan batalnya photo session dan tidak hadirnya saya ke UNJ (dimana semua forum yang saya ikuti mengadakan gath disana) juga kerja kelompok sekolah, saya mengikuti tes masuk universitas yang punya 2 tempat (satu di sebelah Plaza Semanggi dan satunya lagi di seberang Emporium Pluit) selain di Jogjakarta ini. Karena dalam pikiran saya sudah penuh dengan kata-kata seperti "Kalo ga lulus tes ini, kamu ga bisa ikut bonenkai di RRI tanggal 12 Desember karena harus ikut tes FKG Trisakti" maka saya memutuskan agar meluluskan tes ini. Lagipula, saya sudah punya tekad, kalau saya diterima di suatu universitas, saya akan menjadi anggota klub jejepangan di sana dan menjadi panitia J-event. Dulu Atmajaya pernah mengadakan J-event, jadi tugas saya adalah menghidupkan

Junjou Romantica (Season 1 dan 2)

Sepertinya sudah lumayan lama saya tidak me-review anime, dan sekarang saya kembali akan me-review sebuah anime, kali ini dari genre yaoi/boy's love (BL). Anime ini memang sudah lama (sekitar 2-3 tahun lalu), tapi saya baru menontonnya akhir-akhir ini karena baru sempat mendownload, dan juga saya baru mengenal yaoi sejak pertengahan 2008. Walau temanya yaoi, tapi menurut saya tak ditampilkan terlalu eksplisit seperti halnya anime yaoi pada umumnya. Jadi, yah... cocok untuk segala kalangan, asalkan tidak keberatan dengan tema BL, tentu saja. Cerita dari anime ini berpusat pada 3 pasangan utama yang saling berkaitan satu sama lain, yakni: 1. Junjou Romantica: Misaki Takahashi (mahasiswa tingkat pertama universitas Mitsuhashi jurusan ekonomi) dan Usami Akihiko (penulis novel yang terkenal, memenangkan penghargaan, namun sangat disayangkan (?) beberapa karya novelnya bertemakan BL). Misaki mendapatkan nilai yang jelek saat persiapan tes masuk Universitas Mitsuhashi, jadi Takahiro, kaka