Langsung ke konten utama

A Trip to Singapore Part 2

1 Juli

Hari ini kami bangun agak siang, sekitar jam 10-an waktu setempat. Hari itu rencananya kami akan pergi ke Sentosa Island.
Kami makan pagi di Food Court di bawah Ngee Ann City/Dept Store Takashimaya. Harga makanan di sini relative murah untuk ukuran di Singapore, sekitar 3-6 S$. Hari itu saya memesan Beef Noodles with Sauce seharga 5S$.
Kemudian kami pergi ke Supermarket di dekat food court tersebut, dan menemukan bahwa air minum di sana jauh lebih murah. Kami membeli air minum seharga 0.65 S$ saja atau sekitar 4 ribu rupiah. Jadi hanya 2 kali lebih mahal dibandingkan air minum di sini.
Lalu kami pulang ke hotel untuk menaruh barang2 belanjaan kami di supermarket tersebut. Setelah itu, sekitar jam 1 siang waktu setempat kami berjalan menuju stasiun MRT Orchard (belakangan kami mengetahui bahwa stasiun MRT yang paling dekat dengan hotel adalah Somerset dan bukannya Orchard).
Kami membeli tiket MRT di mesin khusus seperti vending machine. Lalu kami mendapatkan tiket yang berupa kartu, dan hanya dengan menempelkannya di mesin pembuka pintu, pintu akan terbuka dengan sendirinya. (kalau mau curang bisa saja kita merangkak dari kolong pintu XP).
Karena baru pertama kali naik MRT, kami tak mengetahui bahwa kami harus turun ke bawah tanah dengan escalator. Alhasil kami malah keluar lagi dan tidak bisa masuk karena tiket hanya bisa digunakan untuk 1 kali perjalanan. Kami pun meminta bantuan petugas agar mengizinkan kami masuk tanpa harus mengulang membayar tiket. Untungnya kami diizinkan petugas itu.
Kami pun turun ke bawah tanah dan menaiki MRT. Ternyata banyak yang menggunakan MRT, terutama karyawan kantor dan anak sekolah (walaupun di Indonesia sedang musim liburan sekolah, namun di Singapore tidak). Kami menaiki MRT dan kemudian turun di stasiun Dobby Ghaut Interchange.
Sampai di sana, ternyata stasiun Dobby Ghaut lebih besar daripada stasiun Orchard. Lalu kami menanyakan arah ke Harbour Front pada petugas, dan kami pun naik MRT ke arah Harbour Front. Saya jadi berpikir kalau seandainya ada MRT di Jakarta saja (tak usahdi seluruh Indonesia, cukup Jakarta saja misalnya), saya akan menaikinya untuk pergi-pulang dari rumah ke sekolah. Selain harganya murah, keretanya juga nyaman karena ber-AC, tak boleh ada yang merokok, serta sangat cepat sampai tujuan.
Kami turun di stasiun Harbour Front. Ternyata stasiun ini terletak di dekat mall yaitu Vivo City, yang menurut buku panduan merupakan mall terbesar di Singapore. Dari mall ini kami dapat melihat skylift yang nantinya akan membawa kami menyebrang ke Sentosa Island.
Sebenarnya ada 3 pilihan kendaraan menuju Sentosa, mau naik bus, naik ferry atau skylift. Namun kami memilih menaiki Skylift saja. Kami memilih paket tur seharga 700 ribu per orang, ke 3 tujuan wisata + naik skylift pulang-pergi.
Kami pun naik ke lantai 15 gedung tiket skylift, kemudian skylift kami menuju ke Sentosa Island. Pemandangan dari sekitar ketinggian 15 lantai pada sore hari sangat indah. Dari skylift kita dapat melihat laut, pelabuhan, dan patung Merlion dari jauh. Walaupun adik saya menyumpahi bahwa skylift kami akan jatuh ke laut, tapi akhirnya skylift tiba di Pulau Sentosa dengan selamat.
Sampai di sana, kami diajak oleh pemandu tur berkeliling ke beberapa tempat wisata yang ada. Namun sebelumnya, kami boleh berjalan2 di sekitar kawasan stasiun skylift untuk melihat2 wahana. Ada semacam sky tower dimana pengunjung akan dibawa naik sampai kira2 setinggi gedung 20-30 lantai. Katanya, jika langit cerah, pengunjung dapat pula melihat daratan Malaysia dan beberapa pulau di utara Indonesia.
Ada pula Museum Nasional Singapore (yang sayangnya sudah tutup). Dan masih banyak lagi wahana menarik yang ada di Pulau tersebut.
Jam 5 sore, tur dimulai. Pertama, kami menuju Dolphin Lagoon. Ini mirip Gelanggang Samudra di Ancol, tepatnya di bagian wahana lumba2. Namun, bedanya, lumba2 disini warnanya pink >w< (entah karena dicat atau memang aslinya warnanya pink). Lokasinya juga bukan di dalam arena tertutup, melainkan di pinggir pantai. Jadi, sangat alami. Pemandu acara dan pelatih lumba2nya memakai Bahasa Inggris. Dan yang paling istimewa, kalau di Ancol kita (tepatnya anak2) hanya dapat menaiki perahu karet didorong lumba2, di sini kita dapat bermain secara langsung dengan lumba2 pink itu, dan kita terjun langsung ke dalam air. Pesertanya juga bukan hanya anak2 saja.
Kemudian kami naik bus lagi (antar tempat wisata perjalanan ditempuh menggunakan bus) menuju tempat wisata berikutnya. Kami melewati patung Merlion yang ternyata sangat besar (namun lebih besar Monas sepertinya). Karena bus melaju cepat, dan saya duduk di sebelah kanan (sementara Merlion di sebelah kiri), jadi saya tak bisa memotret lambang dari Singapore tersebut.
Kedua, kami menuju ke Underwater World. Tempat ini secara umum mirip dengan Seaworld Ancol, hanya saja 5 kali lebih bagus. Menurut daftar harga tiket, memang di sini inilah yang paling mahal tiket masuknya. Tapi, pengalaman di sana memang benar2 menyenangkan. Kita dapat melihat berbagai jenis hewan laut, dari ikan arwana yang besar seukuran lumba2 (yang katanya kalau dijual harganya bisa sampai 2 milyar), angel fish yang kecil dan memancarkan cahaya kemerahan, sampai ubur2 yang transparan.Yang paling berbeda dengan Seaworld adalah, seingat saya Seaworld kurang dalam hal pencahayaan sehingga menimbulkan kesan misterius *halah*,sedangkan di sini menyenangkan kesannya karena lampunya berwarna-warni (meski didominasi biru). Di tengah2 wahana, tepatnya dekat pintu masuk, juga ada akuarium besar sekali, berbentuk tabung memanjang dari lantai pintu masuk sampai lantai dasar wahana itu.(yang terletak di bawah tanah). Semoga Seaworld nantinya bisa sebagus Underwater World (karena saya terakhir kali ke Seaworld beberapa tahun lalu pas SMP, tak ada perubahan berarti dibandingkan ketika saya ke tempat yang sama pas 2 SD).
Ketiga sekaligus terakhir adalah Cineblast. Secara keseluruhan tak ada yang istimewa dengan ini, karena merupakan sinema 4 dimensi saja, hanya bedanya menggunakan Bahasa Inggris. Mungkin ini sama saja seperti Sinema 4 Dimensi di Ancol (saya bilang MUNGKIN karena saya sendiri belum pernah ke sana karena tiket masuknya yang katanya sangat mahal). Yah, kira2 mungkin mirip dengan permainan Discovery Wings di Dufan, lah…
Kemudian, karena katanya ada pertunjukan Songs of the Sea di daerah pantai, kami pun naik bus Sentosa Island (yang tiketnya GRATIS) untuk menuju pantai(kawasan Beach Station). Ternyata acaranya sudah mulai, dan tiket masuknya 10 S$. Akhirnya untuk mengirit biaya (?) kami memutuskan untuk mencari tempat dimana saya bisa menonton acara itu secara gratis. Ternyata, setelah saya lihat, acaranya biasa saja, hanya semacam permainan cahaya serta ombak yang dimainkan menjadi semacam air mancur menari. Ada juga kembang apinya. Sebenarnya di bagian akhir permainan cahaya, ombak, dan kembang apinya lumayan menarik sih, namun saat itu saya hanya membawa HP berkamera VGA dan tak membawa digicam sehingga saya tak bisa mengabadikannya.
Setelah itu, kami kembali lagi ke Stasiun Skylift untuk kemudian kembali lagi ke Harbour Front. Sebenarnya, kami boleh saja naik Skylift ke daerah Mount Faber, namun kami tak tahu jalan sehingga kami memutuskan untuk sampai di Harbour Front saja.
Pemandangan malam Singapore ternyata lebih indah dibandingkan sore hari. Lampu kota bergemerlapan, persis jika kalian melihat kota Jakarta dari puncak gedung tinggi pada malam hari.Namun bedanya, karena dekat pelabuhan, ini ditambah lagi dengan pemandangan kapal2 pesiar. Kami sempat melihat dan memotret kapal Superstar Virgo yang terkenal itu. (Jadi ingin naik kapal pesiar XD).
Lalu kami makan malam lagi2 di foodcourt Vivo City, kemudian kami menuju Stasiun MRT Harbour Front dan kembali ke hotel.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Tentang Shii

Setelah melihat blog ini dari awal sampai akhir saya baru menyadari bahwa belum ada entri yang menampilkan tentang profil saya kecuali yang ada di bagian profil. (Buset telat amat nyadarnya!!!) Karenanya saya akan menuliskan entri ini, yah walaupun amat sangat super duper hyper telat sekali banget (ada kata-kata lain yang lebih lebay?) saya akan memperkenalkan secara singkat, siapa sih Shii itu? Shii (atau yang di dunia nyata lebih dikenal dengan sebutan *****-nama disensor-) adalah manusia yang merasa dirinya alien atau sekurang-kurangnya, anak indigo, lah... *untuk yang terakhir ini saya sendiri tidak tahu pasti kebenarannya, jangan-jangan benar anak indigo?* Jika kalian melihat ada seseorang yang dianggap aneh atau merasa dirinya aneh di sekitar kalian, kemungkinan itu adalah Shii. Nama Shii diambil dari nama aslinya yaitu *******. Shii baginya dianggap nama yang simpel namun punya banyak arti. Nama Shii itu sendiri tercetus tidak sengaja ketika sedang melamun di kamarnya pada suatu

Tes Masuk Atmajaya (1)

Daripada freak dengan bilang "saya ikut tes masuk universitas berinisial A" yang sok-sokan disensor, mending saya langsung beberkan saja nama universitasnya, ya... Jadi, pada tanggal 21 November yang lalu, dengan merelakan batalnya photo session dan tidak hadirnya saya ke UNJ (dimana semua forum yang saya ikuti mengadakan gath disana) juga kerja kelompok sekolah, saya mengikuti tes masuk universitas yang punya 2 tempat (satu di sebelah Plaza Semanggi dan satunya lagi di seberang Emporium Pluit) selain di Jogjakarta ini. Karena dalam pikiran saya sudah penuh dengan kata-kata seperti "Kalo ga lulus tes ini, kamu ga bisa ikut bonenkai di RRI tanggal 12 Desember karena harus ikut tes FKG Trisakti" maka saya memutuskan agar meluluskan tes ini. Lagipula, saya sudah punya tekad, kalau saya diterima di suatu universitas, saya akan menjadi anggota klub jejepangan di sana dan menjadi panitia J-event. Dulu Atmajaya pernah mengadakan J-event, jadi tugas saya adalah menghidupkan

Junjou Romantica (Season 1 dan 2)

Sepertinya sudah lumayan lama saya tidak me-review anime, dan sekarang saya kembali akan me-review sebuah anime, kali ini dari genre yaoi/boy's love (BL). Anime ini memang sudah lama (sekitar 2-3 tahun lalu), tapi saya baru menontonnya akhir-akhir ini karena baru sempat mendownload, dan juga saya baru mengenal yaoi sejak pertengahan 2008. Walau temanya yaoi, tapi menurut saya tak ditampilkan terlalu eksplisit seperti halnya anime yaoi pada umumnya. Jadi, yah... cocok untuk segala kalangan, asalkan tidak keberatan dengan tema BL, tentu saja. Cerita dari anime ini berpusat pada 3 pasangan utama yang saling berkaitan satu sama lain, yakni: 1. Junjou Romantica: Misaki Takahashi (mahasiswa tingkat pertama universitas Mitsuhashi jurusan ekonomi) dan Usami Akihiko (penulis novel yang terkenal, memenangkan penghargaan, namun sangat disayangkan (?) beberapa karya novelnya bertemakan BL). Misaki mendapatkan nilai yang jelek saat persiapan tes masuk Universitas Mitsuhashi, jadi Takahiro, kaka