Langsung ke konten utama

A Trip to Singapore (PART 1)

Di tengah berbagai masalah yang melanda (terutama dengan “seseorang yang kini telah meninggalkanku tanpa alasan jelas” itu)… Saya memutuskan untuk membuat cerita tentang perjalanan saya ke Singapore 1 minggu lalu.

Perjalanan berlangsung dari hari Selasa, 30 Juni sampai dengan Jumat, 3 Juli.

30 Juni

Karena mendapatkan tiket pesawat sore hari, tepatnya jam 17.00, maka pada hari itu seperti biasa saya mengawali pagi hari dengan bermain internet.
Kemudian, menjelang siang, barulah kegiatan beres-beres dimulai, dan singkat cerita, kami sekeluarga berangkat dari rumah menuju bandara jam 2 siang.
Perjalanan menuju bandara agak macet, sehingga kami hampir telat ke bandara.
Sampai di bandara, kami mengurus bagasi, mengisi formulir kedatangan dan keberangkatan, sementara itu orangtua saya mengurus NPWP (karena katanya bagi yang memiliki NPWP akan diberikan keringanan fiscal, CMIIW).
Akhirnya, kami melewati lorong menuju ruang tunggu pesawat. Karena saya baru pertama kali ke luar negeri, maka saya baru menyadari bahwa di bandara Soekarno-Hatta ada toko2 (semacam butik) begitu juga…. (hehehehehehehe)
Tak lama setelah menunggu, penumpang pun dipanggil untuk naik ke pesawat. Kami menaiki pesawat Singapore Airlines, tapi hanya yang kelas ekonomi. Meski demikian tetap saja saya senang karena baru pertama kali saya menaiki pesawat besar dengan 9 tempat duduk di tiap barisnya (karena sebelumnya saya hanya pernah menaiki pesawat2 dari Air Asia dan Mandala Airlines, yang hanya 6 tempat duduk di tiap barisnya). Waktu pergi kali ini kebetulan saya mendapatkan tempat duduk di barisan tengah, bukan dekat jendela.
Di pesawat saya mendengarkan music dari HP. Dan tak lama kemudian, saya ditawari makanan oleh pramugari (dalam bahasa Inggris tentunya). Saya memilih chicken pasta dan rasanya ternyata lumayan enak. Kemudian, saya mendapati ada semacam remote control di samping tempat duduk dan ketika saya utak-atik ternyata di layar yang ada di tempat duduk depannya ada video, games, dan lainnya (beginilah orang yang baru pertama kali naik pesawat ke luar negeri XP).

Menjelang pesawat mendarat, saya melihat keluar jendela dan mendapati bahwa langit pada sore itu sangat indah, karena matahari hampir terbenam. Saya menyesal tak datang lebih awal ke bandara sehingga saya tak mendapatkan tempat duduk yang dekat jendela, padahal saya ingin memotret langit sore itu.
Sampai di Bandara Changi, waktu setempat telah menunjukkan pukul 19:30. Tapi menurut saya, dilihat dari letak geografis Singapore yang bisa dilihat di peta, dan dari pengamatan saya, sebenarnya tak ada perbedaan waktu antara Jakarta dan Singapore. Keduanya sama2 terletak di wilayah +7.00 GMT. Namun, pemerintah setempatlah yang membuat perbedaan waktu tersebut. Buktinya, saat pukul 7 malam waktu Singapore, langit masih terang seperti jam 6 sore di Jakarta. Sedangkan pada pukul 6 pagi waktu Singapore, langit masih gelap seperti jam 5 subuh di Jakarta.
Kemudian, kami berlima memutuskan untuk memakai taksi. Sayangnya, kata petugas, taksi yang dinaiki maksimal 4 orang penumpang dalam 1 taksi. Sehingga kami memutuskan untuk menyewa taksi besar (pakai mobil minibus Mercy) saja. Dan karena hari sudah malam, maka tarif taksi dimahalkan. Kami harus membayar 50 dollar Singapore hanya untuk taksi dari Changi Airport ke hotel kami menginap, yaitu Meritus Mandarin yang terletak di Orchard Road.
Kami sampai di hotel. Dan ternyata kami mendapati bahwa kamar kami terletak di kawasan “smoking” (hotel ini mempunyai 2 kawasan, yaitu “non smoking”yang terletak di lantai 1-14 dan “smoking” yang terletak di lantai 15-terakhir, kami menginap di lantai 18).
Ketika kami membuka pintu kamar, ternyata hotel ini bagusnya tak jauh berbeda dengan hotel-hotel berbintang 5 di Jakarta. Sayangnya, hotel ini pada saat kami menginap tidak mempunyai kolam renang karena sedang direnovasi.
Kemudian kami berjalan2 di sepanjang Orchard Road dan mendapati bahwa di kawasan ini seperti kawasan Sudirman-Thamrin di Jakarta, hanya saja jalannya lebih lebar. Karena belum makan malam dan pada saat itusudah menunjukkan sekitar jam 10 malam, kami makan di McDonalds. Harga makanan di McD sini sekitar 2-3 kali lebih mahal dibandingkan di Indonesia. Misalnya, McFlurry yang di sini harganya Rp 5.500,- di sana harganya 2 S$ (sekitar Rp 14.000,-).
Kami juga membeli air minum untuk minum kami sepanjang sisa hari itu. Kami membelinya di Minimarket Seven Eleven yang ada di stasiun MRT Orchard. Air minum di minimarket itu sekitar 1-6 S$ tergantung merknya, jadi lebih mahal disbanding air minum di sini.

Bersambung ke hari berikutnya

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Tentang Shii

Setelah melihat blog ini dari awal sampai akhir saya baru menyadari bahwa belum ada entri yang menampilkan tentang profil saya kecuali yang ada di bagian profil. (Buset telat amat nyadarnya!!!) Karenanya saya akan menuliskan entri ini, yah walaupun amat sangat super duper hyper telat sekali banget (ada kata-kata lain yang lebih lebay?) saya akan memperkenalkan secara singkat, siapa sih Shii itu? Shii (atau yang di dunia nyata lebih dikenal dengan sebutan *****-nama disensor-) adalah manusia yang merasa dirinya alien atau sekurang-kurangnya, anak indigo, lah... *untuk yang terakhir ini saya sendiri tidak tahu pasti kebenarannya, jangan-jangan benar anak indigo?* Jika kalian melihat ada seseorang yang dianggap aneh atau merasa dirinya aneh di sekitar kalian, kemungkinan itu adalah Shii. Nama Shii diambil dari nama aslinya yaitu *******. Shii baginya dianggap nama yang simpel namun punya banyak arti. Nama Shii itu sendiri tercetus tidak sengaja ketika sedang melamun di kamarnya pada suatu

Tes Masuk Atmajaya (1)

Daripada freak dengan bilang "saya ikut tes masuk universitas berinisial A" yang sok-sokan disensor, mending saya langsung beberkan saja nama universitasnya, ya... Jadi, pada tanggal 21 November yang lalu, dengan merelakan batalnya photo session dan tidak hadirnya saya ke UNJ (dimana semua forum yang saya ikuti mengadakan gath disana) juga kerja kelompok sekolah, saya mengikuti tes masuk universitas yang punya 2 tempat (satu di sebelah Plaza Semanggi dan satunya lagi di seberang Emporium Pluit) selain di Jogjakarta ini. Karena dalam pikiran saya sudah penuh dengan kata-kata seperti "Kalo ga lulus tes ini, kamu ga bisa ikut bonenkai di RRI tanggal 12 Desember karena harus ikut tes FKG Trisakti" maka saya memutuskan agar meluluskan tes ini. Lagipula, saya sudah punya tekad, kalau saya diterima di suatu universitas, saya akan menjadi anggota klub jejepangan di sana dan menjadi panitia J-event. Dulu Atmajaya pernah mengadakan J-event, jadi tugas saya adalah menghidupkan

Junjou Romantica (Season 1 dan 2)

Sepertinya sudah lumayan lama saya tidak me-review anime, dan sekarang saya kembali akan me-review sebuah anime, kali ini dari genre yaoi/boy's love (BL). Anime ini memang sudah lama (sekitar 2-3 tahun lalu), tapi saya baru menontonnya akhir-akhir ini karena baru sempat mendownload, dan juga saya baru mengenal yaoi sejak pertengahan 2008. Walau temanya yaoi, tapi menurut saya tak ditampilkan terlalu eksplisit seperti halnya anime yaoi pada umumnya. Jadi, yah... cocok untuk segala kalangan, asalkan tidak keberatan dengan tema BL, tentu saja. Cerita dari anime ini berpusat pada 3 pasangan utama yang saling berkaitan satu sama lain, yakni: 1. Junjou Romantica: Misaki Takahashi (mahasiswa tingkat pertama universitas Mitsuhashi jurusan ekonomi) dan Usami Akihiko (penulis novel yang terkenal, memenangkan penghargaan, namun sangat disayangkan (?) beberapa karya novelnya bertemakan BL). Misaki mendapatkan nilai yang jelek saat persiapan tes masuk Universitas Mitsuhashi, jadi Takahiro, kaka