Naik Singapore Airlines membawa berkah tersendiri. Kebetulan, ibu saya selalu senang naik pesawat dari maskapai ini karena pelayanannya yang memuaskan dan jarang mengalami penundaan. Saya pribadi sebenarnya tak masalah apapun maskapai yang saya gunakan, namun saya cukup menikmati perjalanan Jakarta-Singapura pagi itu. Karena waktu perjalanan yang hanya 1 jam 20 menit, saya memutuskan untuk mendengarkan lagu-lagu dari pesawat saja. Kebetulan lagu-lagu Jepang di pesawat itu oke-oke. Saya bahkan sempat memfotonya dengan harapan bisa mengunduhnya dan memutar lagu tersebut di rumah untuk kenang-kenangan.
List sebagian lagu Jepang di in-flight entertainment Singapore Airlines, 4 Agustus 2014
Ada 1 lagu yang iseng-iseng saya putar saat di pesawat itu. Lagu tersebut lumayan sering diputar di radio yang memutarkan lagu Korea saat itu. Can't Stop dari CN Blue, yang saya sempat putar 2 kali sepanjang perjalanan.
***
Setelah menikmati makan pagi berupa pasta dengan ikan yang rasanya lumayan enak, kami turun dari pesawat yang sudah mendarat di Bandara Changi, Singapura. Rasanya kangen dengan bandara ini, walaupun saya baru saja ke sana tahun lalu. (Nanti saya akan mencoba menuliskannya berdasarkan ingatan saya)
***
Setelah menikmati makan pagi berupa pasta dengan ikan yang rasanya lumayan enak, kami turun dari pesawat yang sudah mendarat di Bandara Changi, Singapura. Rasanya kangen dengan bandara ini, walaupun saya baru saja ke sana tahun lalu. (Nanti saya akan mencoba menuliskannya berdasarkan ingatan saya)
Berfoto di bandara Changi
Di bandara Changi, kami membeli tiger balm dan karena kami tak membawa dolar Singapura, kami menggunakan kartu kredit. Kami juga berfoto di beberapa spot di bandara Changi, dan kemudian menghabiskan waktu menunggu pesawat ke Incheon dengan mengobrol dengan peserta tur lainnya.
Sekitar jam setengah 2 siang, pesawat kami berangkat. Saya sangat menikmati sekitar 5,5 jam perjalanan yang ada mulai dari menonton film, mendengarkan lagu, makan makanan yang ada mulai dari makanan pembuka yaitu kacang dalam kemasan, main course berupa steak yang sangat enak, dan makanan penutup berupa es krim semacam Magnum dan buah. Selain itu, saya juga mencoba berbagai minuman mulai dari berbagai macam jenis teh, sampai jus jeruk dan apel. Tak lupa, karena kebetulan saya duduk di daerah jendela sebelah kiri yang memperlihatkan pemandangan matahari tenggelam, saya menyempatkan diri memotret pemandangan sunset dari atas awan tersebut.
Pemandangan sunset dari ketinggian lebih dari 8000 meter di atas permukaan laut
Ada kejadian yang cukup tak terlupakan dalam perjalanan ini. Saat sebelum memotret sunset, pesawat sempat mengalami turbulensi selama kira-kira 15 menit. Baru kali ini saya berada di pesawat dalam kondisi turbulensi yang cukup lama itu. Pesawat berguncang-guncang, naik dan turun dengan kemiringan yang cukup tinggi, sampai ada penumpang yang berkata "Astaghfirullah". Lorong diantara bangku penumpang sangat sepi, tak ada satupun pramugari yang melintas. Untung in-flight entertainment masih menyala, sehingga saya langsung mengubah lagu yang sedang saya putar dari "Art of Life - X Japan" menjadi "Koisuru Fortune Cookie - AKB48" yang unyu-unyu. Syukurlah turbulensi tersebut bisa dilewati dan perjalanan menjadi menyenangkan kembali.
***
Kami sampai di Incheon sekitar hampir jam 10 malam waktu Korea Selatan. Bandara Incheon ternyata lumayan mewah, walau kesan pertama yang saya tangkap adalah "tak semewah yang saya lihat di Running Man".
Sekitar jam setengah 2 siang, pesawat kami berangkat. Saya sangat menikmati sekitar 5,5 jam perjalanan yang ada mulai dari menonton film, mendengarkan lagu, makan makanan yang ada mulai dari makanan pembuka yaitu kacang dalam kemasan, main course berupa steak yang sangat enak, dan makanan penutup berupa es krim semacam Magnum dan buah. Selain itu, saya juga mencoba berbagai minuman mulai dari berbagai macam jenis teh, sampai jus jeruk dan apel. Tak lupa, karena kebetulan saya duduk di daerah jendela sebelah kiri yang memperlihatkan pemandangan matahari tenggelam, saya menyempatkan diri memotret pemandangan sunset dari atas awan tersebut.
Pemandangan sunset dari ketinggian lebih dari 8000 meter di atas permukaan laut
Ada kejadian yang cukup tak terlupakan dalam perjalanan ini. Saat sebelum memotret sunset, pesawat sempat mengalami turbulensi selama kira-kira 15 menit. Baru kali ini saya berada di pesawat dalam kondisi turbulensi yang cukup lama itu. Pesawat berguncang-guncang, naik dan turun dengan kemiringan yang cukup tinggi, sampai ada penumpang yang berkata "Astaghfirullah". Lorong diantara bangku penumpang sangat sepi, tak ada satupun pramugari yang melintas. Untung in-flight entertainment masih menyala, sehingga saya langsung mengubah lagu yang sedang saya putar dari "Art of Life - X Japan" menjadi "Koisuru Fortune Cookie - AKB48" yang unyu-unyu. Syukurlah turbulensi tersebut bisa dilewati dan perjalanan menjadi menyenangkan kembali.
***
Kami sampai di Incheon sekitar hampir jam 10 malam waktu Korea Selatan. Bandara Incheon ternyata lumayan mewah, walau kesan pertama yang saya tangkap adalah "tak semewah yang saya lihat di Running Man".
Bandara Incheon. Untuk pertama kalinya mendengar bahasa Korea di mana-mana, yang biasanya hanya saya dengar hanya di lagu atau di Running Man.
Berfoto di depan banner "Welcome to Korea". Coba tebak siapa artis yang ada dalam banner tersebut! :D
Kami mengambil bawaan dan kemudian bertemu guide lokal kami. dan di bandara itu, kami mengetahui kenyataan bahwa pesawat Asiana yang kemarin masih di-cancel penerbangannya. Dalam hati kami bersyukur, kalau kami masih memilih Asiana tadi pagi, mungkin kami akan batal berangkat ke Korea.
Setelah itu, kami para peserta tur dan para guide menuju ke bus. Bus kami berkapasitas sekitar 40 orang dengan setir kiri. Kami melewati jalan tol, dimana papan penunjuk jalan ditulis dengan huruf Hangul dan huruf Latin. Setelah beberapa lama, kami sampai di kota Seoul. Di sana, kami dikabari bahwa esok hari kami akan ke Nami Island dan Mount Seorak, yang artinya jadwal kami di-extend.
Bus kami sampai di hotel Boutique 9 di dekat Dongdaemun Market. Bangunan hotel ini kecil namun memiliki kamar yang artsy, membuat saya ingin memiliki kamar seperti itu. Yang menyenangkan, setiap hotel di kamar ini memiliki router WiFi sendiri-sendiri, dan juga dilengkapi dengan 1 buah PC tiap kamar. Semua fasilitas tersebut bisa digunakan dengan gratis. Peralatan mandi yang ada juga amat sangat lengkap, mulai dari yang standar seperti sabun dan sampo, sampai kondom. Yang saya paling ingat, kamar mandi di hotel ini memiliki pintu geser antara toilet dan shower. Jadi saat kita akan mandi, kita tinggal menggeser pintu tersebut ke ruang shower dan artinya ruang toilet akan terbuka, dan sebaliknya.
Televisi di ruangan hotel ini sangat besar, lebih besar dari yang saya punya di rumah, kira-kira 35 inci. Saat saya sedang mengutak-atik channel televisi, muncul re-run acara Running Man episode 206 yang Selasa minggu sebelumnya saya sudah tonton. (Ngomong-ngomong, mengenai Running Man, saya akan membahasnya secara khusus di entri baru lain nanti). Extra bed yang ada juga sangat nyaman, tak kalah nyaman dengan ranjang utamanya. Setelah perjalanan hari itu, saya tidur dan bersiap menuju hari kedua.
Setelah itu, kami para peserta tur dan para guide menuju ke bus. Bus kami berkapasitas sekitar 40 orang dengan setir kiri. Kami melewati jalan tol, dimana papan penunjuk jalan ditulis dengan huruf Hangul dan huruf Latin. Setelah beberapa lama, kami sampai di kota Seoul. Di sana, kami dikabari bahwa esok hari kami akan ke Nami Island dan Mount Seorak, yang artinya jadwal kami di-extend.
Bus kami sampai di hotel Boutique 9 di dekat Dongdaemun Market. Bangunan hotel ini kecil namun memiliki kamar yang artsy, membuat saya ingin memiliki kamar seperti itu. Yang menyenangkan, setiap hotel di kamar ini memiliki router WiFi sendiri-sendiri, dan juga dilengkapi dengan 1 buah PC tiap kamar. Semua fasilitas tersebut bisa digunakan dengan gratis. Peralatan mandi yang ada juga amat sangat lengkap, mulai dari yang standar seperti sabun dan sampo, sampai kondom. Yang saya paling ingat, kamar mandi di hotel ini memiliki pintu geser antara toilet dan shower. Jadi saat kita akan mandi, kita tinggal menggeser pintu tersebut ke ruang shower dan artinya ruang toilet akan terbuka, dan sebaliknya.
Televisi di ruangan hotel ini sangat besar, lebih besar dari yang saya punya di rumah, kira-kira 35 inci. Saat saya sedang mengutak-atik channel televisi, muncul re-run acara Running Man episode 206 yang Selasa minggu sebelumnya saya sudah tonton. (Ngomong-ngomong, mengenai Running Man, saya akan membahasnya secara khusus di entri baru lain nanti). Extra bed yang ada juga sangat nyaman, tak kalah nyaman dengan ranjang utamanya. Setelah perjalanan hari itu, saya tidur dan bersiap menuju hari kedua.
Komentar