Langsung ke konten utama

Ujian Praktek: Day 2

Hari sebelumnya saya menulis status di Facebook, "Semoga hari esok tidak lebih sial dibandingkan hari ini."
Namun ternyata apa yang saya tulis tidak menjadi kenyataan.

Bahasa Inggris (Writing):
Ada banyak jenis karangan yang ditawarkan. Review, discussion, explanation, exposition, news item, satu lagi lupa. Saya membaca topik-topik yang ada dan sebenarnya ingin, inginnnnnn sekali menuliskan yang news item (karena ada topik Festival Sakura-nya). Namun apa daya, saya jujur saja cuma menghafalkan outline dari explanation dan discussion berikut purpose-nya.
Explanation-nya bertopik, "Why someone is become addicted with Facebook/games/comics/etc.?". Dalam hati saya berkata, "Mana saya tahu! Saya sendiri addicted dengan HP dan saya gak tahu kenapa saya addicted dengan HP dan tidak tahu caranya lepas dari kecanduan ini..." Akhirnya saya pilih topik discussion yaitu "Internet". Hmm, mudah sebenarnya, mengingat saya lumayan Internet-addicted *walau tak parah jika dibandingkan dengan HP*. Setidaknya, dalam sehari saya bisa menghabiskan kurang lebih satu hingga tiga jam (tergantung niat) duduk di depan komputer, dengan koneksi Internet tentunya, mengunduh apapun itu (sekarang lagi mengunduh torrent Kuroshitsuji 1 dan 2) dan membuka forum. Yep, forum, bukan social networking site, karena malas buka di komputer. Mending lewat HP, sama saja dan gratisnya pun sama. Kecuali kalau mau meng-post atau mengkomentari gambar.
Ah, kok jadi ngelantur, mari kembali ke topik. Saya pun menulis discussion, dengan empat paragraf pro dan empat paragraf kontra. Tanpa mempedulikan apakah itu kepanjangan atau tidak (batasnya 500 kata. Mana mau saya repot-repot menghitung kata per kata? Apalagi kalau bahasa Inggris, prepositions dan conjunctions itu tak dihitung, kan? Malas filternya...), saya men-stabilo SEMUA prepositions dan conjunctions berikut apapun yang sudah saya pelajari di catatan (sequence, contrast, dan seterusnya), padahal disuruhnya cuma prepositions dan transitions (saya ga tau yang ini apaan). Alhasil, stabilonya jadi banyak banget. Ah, sebodo amat! Tapi yang parah adalah: grammar-nya tidak sempat saya cek! Satu-satunya koreksi grammar yang saya lakukan adalah di paragraf terakhir dimana saya mengganti kata "have" menjadi "has".

Biologi:
Nah, ini yang benar-benar sial, walau juga dialami sebagian anak-anak lainnya.
Tapi, kejadian hari sebelumnya ini mungkin tidak dialami oleh semua anak, ya...

-Flashback: hari sebelumnya-
Saya mengawali sore hari dengan membuka FB di komputer *tumben* dan mendapati teman sekelas saya men-tag foto bahan ujian praktek fisika pada saya. Saya, yang seakan terhipnotis oleh foto itu, jadi lupa jadwal ujian praktek besoknya (yang seharusnya Bio dan Inggris) lalu mulai belajar fisika.
Untungnya (?) saya mendapati sedikit keanehan di buku praktikum, yang membuat saya menanyakannya pada teman sekelas saya. Lalu ia menjawab, "Loh, kok belajar Fisika? Bukannya Fisika itu lusa, ya?"
Saya membuka agenda saya dan.... kaget! Ternyata Fisika buat hari Kamis! Sedangkan hari itu hari Selasa! Waktu itu sudah jam setengah sembilan malam dan saya belum membuka Biologi sama sekali.
Berbekal dengan kisi-kisi yang disampaikan teman saya, akhirnya saya mencari di Internet bahan-bahan yang diperlukan (sambil tetap menyalakan torrent #gapenting). Syukurlah jam sembilan malam semua bahan telah selesai dikumpulkan, dan jam 21.15, semuanya sudah di-print (maklum tinta infus, jadi katanya malah disuruh sering-sering ngeprint biar head-nya gak kering).
Sayang, jam 23.30 setelah membaca dan belajar beberapa kali akhirnya saya mengantuk dan tertidur, serta besoknya tidak bangun lebih pagi (tapi tak kesiangan juga).

-Hari H-
Jam 9 praktikum dimulai. Sesi pertama, kelas dibagi menjadi 4 kloter, 1 kloter lamanya sekitar 10 menit di lab.
Diberikan berbagai macam penampang, mulai dari kartu golongan darah, rangka manusia (buatan, masa asli? Mahal dong, dan ga semua orang suka liat mayat *gak kayak saya yang hobi XP*), hasil percobaan uji bahan makanan, anatomi katak (ada yang buatan ada yang awetan), mikroskop lengkap dengan preparat, dan sebagainya. Diberikan juga lembar jawaban yang berisikan pertanyaan-pertanyaan tanpa tanda tanya (seperti uraian). Lalu, penampang tadi diletakkan terpisah dan teknisnya seperti.. err.. circuit training, dimana peserta ujian harus bergerak dari satu "pos" penampang ke penampang lainnya, dan menjawab pertanyaan yang berkenaan dengan "pos" tersebut. Satu pos 1 menit.
Bisa ditebak hasilnya. Banyak yang tidak selesai, termasuk saya. Kalau waktu ujian 1 menit, biasanya otak jadi ga bisa mikir, dan itulah yang terjadi pada saya. Seakan apa yang sudah saya pelajari semalam hilang semua. Hmm... ga semua sih, sebagian iya. XP
Setelah selesai 4 kloter, kelas dibagi lagi menjadi 3 bagian untuk melakukan circuit training kedua, kali ini dalam bentuk praktikum. Ada 3 praktikum yang diberikan, yakni respirometer, katalase, dan Ingenhousz. Satu pos 30 menit: praktikum 20 menit, menulis laporan 5 menit, membersihkan alat 5 menit.
Pertama saya mendapat respirometer. Saya harus menangkap jangkrik (dan untungnya saya berani. Bedah mayat orang pun saya berani *ga nyambung*. Saya hanya takut pada (*rahasia*) soalnya.). Lalu memasukkan ke alat respirometer yang telah berisi kapas+NaOH, serta menutup dengan vaselin dan menyuntikkan eosin.
Saya bingung, kok ini eosin ga masuk-masuk? Ternyata di dalam alat masih ada airnya, dan saya baru nyadar saat praktikum sudah berjalan hampir 15 menit. Akhirnya, percobaan tidak berhasil, dan saya tidak sempat menuliskan analisa data.
Lanjut ke percobaan berikutnya yakni katalase. Gagal total di brokoli, akhirnya saya memutuskan bikin percobaan baru dengan model hati ayam (kan sama aja, sama-sama mengandung katalase). Sayangnya seperti yang sudah kita ketahui bersama, enzim katalase di hati ayam itu sangat besar, jadi muncratlah itu gelembung-gelembungnya pas saya tuangkan H2O2. Bodohnya, saya tanpa sadar membuka tutup tabung reaksi, jadi ya... tidak seberhasil yang diharapkan (masa bara api hanya menyala 4 detik? whew..)
Percobaan terakhir, Ingenhousz. Tak saya duga, saya berhasil mendirikan corong! *walau agak miring*. Ini percobaan yang paling berhasil karena saya sampai menuliskan analisa data cukup panjang karena nganggur. Yang saya sesali, ternyata di bak belakang ada air panas dan di atas rak ada mika merah! Harusnya saya ambil, tapi saya ga tau bahkan ada alat-alat itu... ==

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Tentang Shii

Setelah melihat blog ini dari awal sampai akhir saya baru menyadari bahwa belum ada entri yang menampilkan tentang profil saya kecuali yang ada di bagian profil. (Buset telat amat nyadarnya!!!) Karenanya saya akan menuliskan entri ini, yah walaupun amat sangat super duper hyper telat sekali banget (ada kata-kata lain yang lebih lebay?) saya akan memperkenalkan secara singkat, siapa sih Shii itu? Shii (atau yang di dunia nyata lebih dikenal dengan sebutan *****-nama disensor-) adalah manusia yang merasa dirinya alien atau sekurang-kurangnya, anak indigo, lah... *untuk yang terakhir ini saya sendiri tidak tahu pasti kebenarannya, jangan-jangan benar anak indigo?* Jika kalian melihat ada seseorang yang dianggap aneh atau merasa dirinya aneh di sekitar kalian, kemungkinan itu adalah Shii. Nama Shii diambil dari nama aslinya yaitu *******. Shii baginya dianggap nama yang simpel namun punya banyak arti. Nama Shii itu sendiri tercetus tidak sengaja ketika sedang melamun di kamarnya pada suatu

Tes Masuk Atmajaya (1)

Daripada freak dengan bilang "saya ikut tes masuk universitas berinisial A" yang sok-sokan disensor, mending saya langsung beberkan saja nama universitasnya, ya... Jadi, pada tanggal 21 November yang lalu, dengan merelakan batalnya photo session dan tidak hadirnya saya ke UNJ (dimana semua forum yang saya ikuti mengadakan gath disana) juga kerja kelompok sekolah, saya mengikuti tes masuk universitas yang punya 2 tempat (satu di sebelah Plaza Semanggi dan satunya lagi di seberang Emporium Pluit) selain di Jogjakarta ini. Karena dalam pikiran saya sudah penuh dengan kata-kata seperti "Kalo ga lulus tes ini, kamu ga bisa ikut bonenkai di RRI tanggal 12 Desember karena harus ikut tes FKG Trisakti" maka saya memutuskan agar meluluskan tes ini. Lagipula, saya sudah punya tekad, kalau saya diterima di suatu universitas, saya akan menjadi anggota klub jejepangan di sana dan menjadi panitia J-event. Dulu Atmajaya pernah mengadakan J-event, jadi tugas saya adalah menghidupkan

Junjou Romantica (Season 1 dan 2)

Sepertinya sudah lumayan lama saya tidak me-review anime, dan sekarang saya kembali akan me-review sebuah anime, kali ini dari genre yaoi/boy's love (BL). Anime ini memang sudah lama (sekitar 2-3 tahun lalu), tapi saya baru menontonnya akhir-akhir ini karena baru sempat mendownload, dan juga saya baru mengenal yaoi sejak pertengahan 2008. Walau temanya yaoi, tapi menurut saya tak ditampilkan terlalu eksplisit seperti halnya anime yaoi pada umumnya. Jadi, yah... cocok untuk segala kalangan, asalkan tidak keberatan dengan tema BL, tentu saja. Cerita dari anime ini berpusat pada 3 pasangan utama yang saling berkaitan satu sama lain, yakni: 1. Junjou Romantica: Misaki Takahashi (mahasiswa tingkat pertama universitas Mitsuhashi jurusan ekonomi) dan Usami Akihiko (penulis novel yang terkenal, memenangkan penghargaan, namun sangat disayangkan (?) beberapa karya novelnya bertemakan BL). Misaki mendapatkan nilai yang jelek saat persiapan tes masuk Universitas Mitsuhashi, jadi Takahiro, kaka