Langsung ke konten utama

Small Things for Big Thing

Time to write my opinion again...

Sebenarnya sudah lama saya ingin menulis masalah ini: tentang lingkungan hidup. Tapi lupa melulu karena sibuk, hehe... Dan sekarang saya diingatkan lagi dengan adanya
kompetisi blog yang mewajibkan untuk menulis entri lingkungan hidup.


Setiap pulang sekolah, saya selalu melintasi Kali Ciliwung yang tampak kehitaman dan penuh sampah. Setiap kali melihatnya, saya jadi teringat akan cerita ibu saya yang
berkata bahwa di zaman dia sekolah dulu, Kali Ciliwung itu bersih dan orang-orang bisa berenang di sana. Kalau sekarang, siapa coba yang berani berenang di Kali
Ciliwung?


entah kenapa jadi kangen kesini lagi, hehe..

Juga, kawasan Puncak yang semakin hari semakin menghangat (Jakarta sih udah ga usah ditanya lagi... XD). Pas pertama kali saya ke Puncak umur 3 tahun, rasanya Puncak
itu sangat sejuk, baik di pagi, siang, sore, ataupun malam. 14 tahun kemudian, ketika berkunjung ke Puncak lagi, saya merasakan perbedaan bahwa Puncak makin lama makin
berubah. Bukan hanya makin macet, Puncak juga makin panas, terutama di siang hari.
Lingkungan kita mulai berubah. Sebelum makin bertambah parah, ada banyak langkah yang bisa kita lakukan untuk mencegah supaya Bumi ini ga makin parah oleh pemanasan
global. Mungkin saya bukan orang paling peduli lingkungan sedunia, tapi setidaknya, langkah-langkah sederhana yang saya sarankan di bawah (dan sudah saya praktekkan)
bisa membantu kalian yang tergerak untuk menyelamatkan lingkungan kita. ^^


jangan pikirkan mereknya... XP


Pertama, mengurangi penggunaan plastik dan kertas.
Saya pernah baca di sebuah majalah tentang pengalaman seorang ibu yang berbelanja menggunakan kantong plastik yang selalu dibawanya dari rumah, jadi ia tidak perlu
lagi meminta pegawai memberikan kantong plastik lagi untuk belanjanya. Hal ini memberikan inspirasi bagi saya untuk meniru hal yang dilakukan oleh ibu itu, namun
dengan cara yang sedikit berbeda. Saya berusaha tidak meminta kantong plastik jika saya membeli barang-barang yang memang tidak perlu dibungkus kantong plastik,
seperti buku dan alat tulis. Apalagi saya membawa tas sendiri.
Begitu halnya dengan kertas. Kalau mau mencetak tugas atau lainnya, saya berusaha mencetak bolak-balik atau memakai mode hemat kertas (kalau di printer saya, sih,
settingannya ada 2 halaman per lembar atau 4 halaman per lembar). Selain itu, saya juga selalu menggambar di kertas bekas yang halaman depannya ada bekas cetakannya,
apalagi jika itu traditional art.
Sampah plastik dan kertas itu cenderung susah untuk diurai. Namun bersyukurlah sekarang ada jenis plastik yang lebih mudah diurai, yang ada logo hijau di plastiknya.
Tapi apa salahnya jika kita juga mencoba berhemat?




Kedua, membuang sampah di tempat sampah (BUKAN DI TEMPATNYA!).
Saya cukup beruntung karena di sekolah saya selalu disosialisasikan tentang hal ini. Di sekolah pun, dibuat 3 jenis tempat sampah, mengingatkan saya pada tempat sampah
seperti di Jepang: sampah organik (yang bisa diurai), sampah anorganik (yang tak gampang diurai), dan sampah kertas. Kebiasaan ini lambat laun tumbuh dalam diri saya,
yang tergerak untuk selalu membuang sampah di tempat sampah. Sekarang efeknya sudah jelas. Saya menjadi merasa agak aneh kalau ada orang buang sampah seenaknya, atau
membuang sampah di jalanan dari jendela mobil. Kalaupun di mobil, seharusnya sediakan tempat sampah, atau setidaknya simpan sampah itu dan buang ketika turun.



Ketiga, ikut organisasi sosial seperti Greenpeace.
Saya pernah menghadiri acara seminar lingkungan hidup yang dibawakan Solar Generation, salah satu subbagian dari Greenpeace. Melihatnya, saya jadi ikut tertarik untuk bergabung. Dan setelah saya mencari-cari info mengenai Greenpeace, ternyata untuk bergabungnya tak sesulit yang dibayangkan, kok. Tinggal kirim data diri lewat online, sama gampangnya seperti bergabung di milis atau forum Internet. Bahkan, Greenpeace juga punya sejenis aktivis online, jika misalnya kita tidak diijinkan orangtua untuk berpanas-panas demo di Bundaran HI menyuarakan pentingnya melestarikan lingkungan hidup, atau tinggal di luar kota yang tidak ada aktivisnya.


Keempat, kurangi penggunaan listrik dan air
Selain menghemat iuran listrik, alat elektronik di sini masih memakai pembangkit listrik yang energinya tidak ramah lingkungan (rata2 pakai energi batubara). Selain
itu, penggunaan air juga harus dihemat, karena ketersediaan air bersih makin lama makin berkurang. Misalnya, lebih memilih mandi dengan pancuran/shower dibandingkan
mandi memakai air bak yang diciduk dengan gayung. Saya pernah baca, 1 menit mandi pakai shower itu sama dengan air 1 gayung saja loh..



Kelima, tanam pohon di rumah!!
Mungkin ada yang bertanya "Ah, saya kan tinggal di apartemen, harus tanam pohon dimana coba?" atau "Rumah saya ga ada halamannya...". Tanaman dalam pot atau tanaman
yang digantung bisa membantu. Selain membantu melestarikan penghijauan, rumah kalian juga akan terlihat lebih indah! (Lebih bagus lagi kalo nanem pohon buah-buahan,
kan enak kalo udah berbuah bisa sekalian panen dah... XD)



Hmm... mungkin itu sebagian kecil dari cara-cara yang bisa dilakukan buat menyelamatkan lingkungan hidup kita.
Yang penting satu: JANGAN PEDULI APA KATA ORANG!
Saya pernah diejek gara-gara dianggap terlalu cinta lingkungan. Katanya, "Orang lain juga buang sampah sembarangan!", "Orang lain juga pakai kertas boros-boros!", dan seterusnya.
Kalau bukan kita, siapa lagi yang mau bertindak?
Save our Earth!



Komentar

Postingan populer dari blog ini

Tentang Shii

Setelah melihat blog ini dari awal sampai akhir saya baru menyadari bahwa belum ada entri yang menampilkan tentang profil saya kecuali yang ada di bagian profil. (Buset telat amat nyadarnya!!!) Karenanya saya akan menuliskan entri ini, yah walaupun amat sangat super duper hyper telat sekali banget (ada kata-kata lain yang lebih lebay?) saya akan memperkenalkan secara singkat, siapa sih Shii itu? Shii (atau yang di dunia nyata lebih dikenal dengan sebutan *****-nama disensor-) adalah manusia yang merasa dirinya alien atau sekurang-kurangnya, anak indigo, lah... *untuk yang terakhir ini saya sendiri tidak tahu pasti kebenarannya, jangan-jangan benar anak indigo?* Jika kalian melihat ada seseorang yang dianggap aneh atau merasa dirinya aneh di sekitar kalian, kemungkinan itu adalah Shii. Nama Shii diambil dari nama aslinya yaitu *******. Shii baginya dianggap nama yang simpel namun punya banyak arti. Nama Shii itu sendiri tercetus tidak sengaja ketika sedang melamun di kamarnya pada suatu

Tes Masuk Atmajaya (1)

Daripada freak dengan bilang "saya ikut tes masuk universitas berinisial A" yang sok-sokan disensor, mending saya langsung beberkan saja nama universitasnya, ya... Jadi, pada tanggal 21 November yang lalu, dengan merelakan batalnya photo session dan tidak hadirnya saya ke UNJ (dimana semua forum yang saya ikuti mengadakan gath disana) juga kerja kelompok sekolah, saya mengikuti tes masuk universitas yang punya 2 tempat (satu di sebelah Plaza Semanggi dan satunya lagi di seberang Emporium Pluit) selain di Jogjakarta ini. Karena dalam pikiran saya sudah penuh dengan kata-kata seperti "Kalo ga lulus tes ini, kamu ga bisa ikut bonenkai di RRI tanggal 12 Desember karena harus ikut tes FKG Trisakti" maka saya memutuskan agar meluluskan tes ini. Lagipula, saya sudah punya tekad, kalau saya diterima di suatu universitas, saya akan menjadi anggota klub jejepangan di sana dan menjadi panitia J-event. Dulu Atmajaya pernah mengadakan J-event, jadi tugas saya adalah menghidupkan

Junjou Romantica (Season 1 dan 2)

Sepertinya sudah lumayan lama saya tidak me-review anime, dan sekarang saya kembali akan me-review sebuah anime, kali ini dari genre yaoi/boy's love (BL). Anime ini memang sudah lama (sekitar 2-3 tahun lalu), tapi saya baru menontonnya akhir-akhir ini karena baru sempat mendownload, dan juga saya baru mengenal yaoi sejak pertengahan 2008. Walau temanya yaoi, tapi menurut saya tak ditampilkan terlalu eksplisit seperti halnya anime yaoi pada umumnya. Jadi, yah... cocok untuk segala kalangan, asalkan tidak keberatan dengan tema BL, tentu saja. Cerita dari anime ini berpusat pada 3 pasangan utama yang saling berkaitan satu sama lain, yakni: 1. Junjou Romantica: Misaki Takahashi (mahasiswa tingkat pertama universitas Mitsuhashi jurusan ekonomi) dan Usami Akihiko (penulis novel yang terkenal, memenangkan penghargaan, namun sangat disayangkan (?) beberapa karya novelnya bertemakan BL). Misaki mendapatkan nilai yang jelek saat persiapan tes masuk Universitas Mitsuhashi, jadi Takahiro, kaka