Sudah lama saya tidak menulis post opini seperti ini, sejak blog ini diisi curhat (?) tak jelas, resensi anime, buku, dan sebagainya...
Kali ini kita akan membahas tentang kantor pos.
Sebagai orang yang bersekolah di sebelah kantor pos, dan tinggal di dekat kantor pos pula, tentunya saya sering mengunjungi kantor pos, dari sekadar melihat-lihat, bermain di warnet di sana (dulu, sebelum wi-fi sekolah gratis), membeli pulsa, sampai melakukan tujuan utama, yakni berkirim surat. Saya sering melihat kantor pos yang dulu lumayan ramai oleh orang yang, entah membayar tagihan, mengirimkan bingkisan untuk kerabatnya, sampai hanya sekadar duduk dan ngobrol tak jelas, makin lama makin sepi. Yah, mungkin tak terlalu terasa bagi saya karena saya mengunjungi kantor pos pusat, tapi dampaknya pasti lumayan terasa di kantor pos daerah seperti yang di dekat rumah saya. Terutama pada musim Lebaran, kantor pos memang lumayan ramai oleh pengirim yang ingin mengirimkan kartu ucapan Lebaran. Akan tetapi, sayangnya, sebagian besar dari mereka mungkin berasal dari perusahaan-perusahaan yang mengirimkan kartu Lebaran ke customer yang merayakannya.
Zaman memang telah berganti. Zaman dulu, bahkan hingga saya SMP, masih ada rubrik sahabat pena di majalah-majalah, dan saya pun salah satu yang pernah menjalaninya. Rasanya sangat senang jika sahabat pena kita ternyata orang yang merupakan temannya teman kita. Sekarang, dunia semakin sempit dengan adanya situs-situs jejaring sosial. Rasanya fenomena "teman dunia maya kita ternyata adalah temannya teman dunia nyata kita" sudah lumayan biasa terjadi. Tak ada lagi sesuatu yang menjadi esensi kejutan sebuah surat.
Padahal, surat memiliki esensi tersendiri. Rasa kejutan saat membukanya, itu yang paling berarti.
Komentar