Mengenang Preklinik Fk Atmajaya (2): Objective Structural Clinical Examination, Student Oral Case Analysis, dan Karya Tulis Ilmiah
Inilah tiga ujian besar yang dihadapi oleh anak FK Atma. Ujian skill yang disingkat OSCE, diadakan tiap semester. Dan ujian teori lisan yaitu SOCA, diadakan tiap tahun pada semester genap. Khusus semester 7, diadakan ujian gabungan OSCE dan SOCA yang dinamakan OSCA. Satu lagi, karya tulis ilmiah alias KTI alias skripsi.
OSCE menguji skill yang telah dipelajari di skill lab selama 1 semester yang telah dipilihkan oleh tim penguji. Khusus semester 7, OSCE menguji skill selama 7 semester (namun sekali lagi, tidak semua).
Sistem OSCE ini berupa pos-pos. Satu pos menguji satu skill dengan waktu 5 menit atau 10 menit tergantung skillnya. Ketika saya semester 6, peraturan ini diubah menjadi satu pos waktunya 10 menit, dan dalam 1 pos dapat ada 1-2 skill. Jadi kita tidak bisa menebak berapa skill yang diujikan.
Sebelum ujian, peserta dikumpulkan di ruang karantina dan kemudian dipanggil sesuai kloter. Peserta dalam satu kloter dapat ujian di 4 lokasi berbeda yang dibagi menurut absen. Kemudian, peserta pun masuk ke lokasi dan menempati pos masing-masing, untuk kemudian melakukan skill yang diujikan di pos tersebut. Setelah bel berbunyi, peserta wajib pindah ke pos berikutnya, selesai atau tidak.
Ujian OSCE ini sebenarnya menurut saya 80% skill dan 20% keberuntungan, khususnya untuk skill dengan manekin. Misalnya, ada manekin yang sangat mudah untuk dilakukan skill tertentu, dan sebaliknya. Karenanya, sebelum ujian, sebaiknya kita berdoa semoga mendapatkan manekin yang mudah, dan penguji yang baik serta ketenangan melakukan skill, pastinya.
Sistem OSCE ini berupa pos-pos. Satu pos menguji satu skill dengan waktu 5 menit atau 10 menit tergantung skillnya. Ketika saya semester 6, peraturan ini diubah menjadi satu pos waktunya 10 menit, dan dalam 1 pos dapat ada 1-2 skill. Jadi kita tidak bisa menebak berapa skill yang diujikan.
Sebelum ujian, peserta dikumpulkan di ruang karantina dan kemudian dipanggil sesuai kloter. Peserta dalam satu kloter dapat ujian di 4 lokasi berbeda yang dibagi menurut absen. Kemudian, peserta pun masuk ke lokasi dan menempati pos masing-masing, untuk kemudian melakukan skill yang diujikan di pos tersebut. Setelah bel berbunyi, peserta wajib pindah ke pos berikutnya, selesai atau tidak.
Ujian OSCE ini sebenarnya menurut saya 80% skill dan 20% keberuntungan, khususnya untuk skill dengan manekin. Misalnya, ada manekin yang sangat mudah untuk dilakukan skill tertentu, dan sebaliknya. Karenanya, sebelum ujian, sebaiknya kita berdoa semoga mendapatkan manekin yang mudah, dan penguji yang baik serta ketenangan melakukan skill, pastinya.
SOCA-lah yang menurut saya 60% keberuntungan dan 40% skill. Teknisnya, beberapa minggu sebelum ujian, peserta diberikan clue gejala-gejala keluhan utama yang akan muncul (contoh: demam), sekitar 8-13 gejala. Gejala-gejala ini nantinya menjadi pegangan bagi kita untuk mempelajari sebanyak mungkin penyakit dengan gejala tersebut.
Pada saat ujian, peserta dikumpulkan di ruang karantina dan dipanggil menurut kloter, dimana 1 kloter 20 orang. Kemudian, masing-masing peserta mengambil undian, dan pergi menuju meja yang sudah dinomori sesuai di undian. Di sinilah keberuntungan pertama harus bekerja, karena di atas meja terdapat spidol, beberapa lembar kertas buram ukuran besar, dan ... soal ujian berupa kasus disertai sejumlah pertanyaan. Banyak-banyak berharaplah agar soal ujiannya mudah dan kita sudah mempelajarinya. Peserta diberi waktu menuliskan jawaban soal di kertas flipchart.
Setelah itu, keberuntungan kedua bekerja. Peserta memasuki ruangan sesuai dengan nomor undian tadi. Satu ruangan berisi 2 dosen. Setiap dosen memiliki preferensi berbeda-beda dalam menilai, sehingga berharaplah mendapat dosen yang royal nilai pada peserta terutama jika keberuntungan pertamamu tidak bekerja dengan baik. Di ruangan ini, para peserta mempresentasikan jawaban mereka yang sudah ditulis tadi. Kemudian, dosen menanyakan beberapa pertanyaan untuk mengklarifikasi jawaban peserta. Barulah peserta diumumkan kelulusannya.
Pada saat ujian, peserta dikumpulkan di ruang karantina dan dipanggil menurut kloter, dimana 1 kloter 20 orang. Kemudian, masing-masing peserta mengambil undian, dan pergi menuju meja yang sudah dinomori sesuai di undian. Di sinilah keberuntungan pertama harus bekerja, karena di atas meja terdapat spidol, beberapa lembar kertas buram ukuran besar, dan ... soal ujian berupa kasus disertai sejumlah pertanyaan. Banyak-banyak berharaplah agar soal ujiannya mudah dan kita sudah mempelajarinya. Peserta diberi waktu menuliskan jawaban soal di kertas flipchart.
Setelah itu, keberuntungan kedua bekerja. Peserta memasuki ruangan sesuai dengan nomor undian tadi. Satu ruangan berisi 2 dosen. Setiap dosen memiliki preferensi berbeda-beda dalam menilai, sehingga berharaplah mendapat dosen yang royal nilai pada peserta terutama jika keberuntungan pertamamu tidak bekerja dengan baik. Di ruangan ini, para peserta mempresentasikan jawaban mereka yang sudah ditulis tadi. Kemudian, dosen menanyakan beberapa pertanyaan untuk mengklarifikasi jawaban peserta. Barulah peserta diumumkan kelulusannya.
OSCE dan SOCA sama-sama menggembirakan ketika diumumkan lulus. Namun, meski biaya remedialnya lebih murah, euforia lulus SOCA lebih terasa. Mungkin karena persiapannya yang lebih lama dan matang.
Namun, diantara semuanya, KTI-lah yang menjadi penyebab terbanyak tertundanya kelulusan mahasiswa. Mulai semester 4, tiap mahasiswa sudah diberikan satu pembimbing utama untuk membuat KTI, yang dapat dipilih secara acak atapun menurut preferensi mahasiswa tersebut, tergantung pembimbing. Dan layaknya di fakultas atau universitas lain, faktor mahasiswa dan faktor pembimbing ini sama-sama menjadi penentu kelancaran KTI. Solusi yang mungkin bisa saya sarankan adalah berusaha rajin sedini mungkin, agar tidak terlambat menyelesaikan KTI nantinya.
Komentar