Langsung ke konten utama

Tur Korea (3): T-Express dan Running Man

Hari itu benar-benar menjadi puncak dari rasa cinta saya pada variety show yang satu ini, dimana bahasan mengenai variety show ini akan saya bahas kemudian di blog ini.
Pagi hari saya lalui dengan mandi di kamar mandi hotel yang sangat besar. Hotel ini memiliki bathtub DAN shower di dua tempat terpisah, serta toilet dengan berbagai macam pengaturan canggih dalam huruf Hangul yang mirip seperti toilet di Jepang. Bisa dibayangkan betapa bagusnya hotel ini, bukan?
Kemudian, saya sarapan di lantai atas hotel dekat jendela setelah sebelumnya sempat menonton Running Man di kamar hotel, walau tidak full 1 episode. Tak seperti Boutique 9, wifi hotel ini hanya ada di restoran dan lobi. Namun, hotel ini tetap sangat bagus. Sarapan hari itu sangat enak, dimulai dari sarapan ala Amerika seperti bacon, sosis, ham, omelet, potato wedges, dan lainnya; sarapan ala Jepang seperti udon; Cina seperti siomay, dan lainnya saya lupa saking banyaknya. Sambil sarapan, kita bisa browsing dengan wifi yang lumayan cepat dan juga melihat pemandangan dari lantai teratas hotel. Pemandangan daerah sekitar yang ternyata dekat dengan laut perbatasan antara Korea Utara dengan Korea Selatan.
Kenyang makan, kami bersiap-siap berangkat meninggalkan Mt. Sorak menuju Everland. Perjalanan memakan waktu kurang lebih 3 jam. Selama perjalanan, kami menonton film "200 Pounds Beauty" dari TV di bus. Perjalanan berjalan menyenangkan walau cuaca gerimis. Hal yang saya perhatikan, selama perjalanan 3 hari ini supir busnya memiliki driving skill yang sangat bagus. Bus kami selalu melaju di jalur kiri (seperti jalur kanan kalau di Indonesia), dengan kecepatan sangat tinggi, tapi tidak membuat deg-degan atau semacamnya karena cara menyetirnya sangat enak, tidak ngerem mendadak atau sejenisnya.
Akhirnya, kami sampai di Everland, dengan cuaca yang mendung tapi tak hujan, cocok untuk bermain di luar seperti ini. Everland adalah taman bermain dengan dekorasi menarik dan warna-warni, terbesar di Korea Selatan. Everland dibagi dalam 3 bagian besar, yaitu zona petualangan, zona kebun binatang, dan satu lagi spot untuk foto-foto. Atraksi utama di sini adalah T Express, roller coaster kayu dengan ketinggian 56 meter yang kemiringannya lebih dari 80 derajat dan dinobatkan menjadi roller coaster kayu tercuram di dunia. Sekadar info, tidak sampai 1 minggu setelah saya ke Everland, beberapa member Running Man dan para tamu berkunjung ke sini untuk syuting. Sudah menontonkah kalian?
T Express

Masuk ke Everland, kami berjalan menuju semacam kereta layang yang bergerak menurun dari tempat kami yang lebih tinggi ke daerah T Express yang lebih rendah. Kami naik kereta tersebut. Perjalanan terasa sangat menyenangkan, apalagi dari kejauhan terlihat T Express berdiri megah, membuat saya ingin segera menaiki wahana tersebut.

T Express dilihat dari kereta layang
Rombongan kami pun berpencar. Saya dan beberapa lainnya memutuskan pergi ke T Express. Walau antriannya diperkirakan mencapai 1 jam, kenyataannya tak selama yang diperkirakan. Setelah menitipkan sepatu dan tas kami di loker yang tersedia, kami pun menaiki kereta. Kereta di T Express ada 3 buah dan semua berangkat selisih beberapa menit, karena waktu atraksi ini sendiri lama yaitu sekitar 3 menit.
Kami memakai sabuk pengaman, dan kereta bergerak perlahan. Saya masih ingat betul sensasi menaiki kereta ini. Kereta yang awalnya naik, lalu mendatar dan berbelok sejenak sebelum sampai ke turunan curam yang membuat semuanya berteriak dan susah menahan diri untuk tetap membuka mata. Dilanjutkan dengan berbagai tanjakan, turunan, dan belokan yang seakan tiada ujung. Namun, saat kereta melambat, perasaan takut pun berganti perasaan senang. "Kepengen lagi", intinya.
Setelah itu, saya memutuskan untuk berjalan-jalan ke arah kebun binatang. Sebenarnya di kebun binatang ini kita dapat menaiki bus, namun saya memutuskan untuk berjalan kaki. Di sana ada kawasan khusus yang menampilkan berbagai macam binatang, tapi saya tidak jadi masuk ke sana. Saya pun melintasi jalan biasa dan melihat hewan-hewan seperti beruang kutub, harimau, dan sebagainya. Harimau dan singa di taman tersebut diletakkan berdampingan, namun di daratan terpisah.
Saya berkeliling zona lainnya dari Everland. Mainan di sini ternyata menurut saya tidak terlalu seru dibanding di Dufan, kecuali T Express. Namun, saya tetap mencoba satu wahana lagi, yaitu semacam roller coaster dengan rel di atas air. Jadi, harus sedikit basah-basahan. Karena saya tak membawa baju ganti, saya melindungi baju saya dari cipratan air arah depan dengan cara memakai tas ransel saya di depan. Tapi tetap saja, roller coaster ini cukup seru dan menyenangkan.
Sebagai penutup, saya mencoba menaiki gondola yang mirip dengan gondola di Ancol atau TMII, hanya saja lebih pendek. Kebetulan saya sudah lama sekali tidak naik gondola seperti ini, jadi pengalaman ini cukup seru.
Waktu kami di Everland sudah hampir habis. Saya kembali ke bagian depan Everland dimana terdapat banyak spot untuk berfoto walau cuaca gerimis. Ada wahana Pororo, wahana konser K-Pop hologram, dan sebagainya. Banyak yang bilang wahana hologram K-Pop ini merupakan salah satu daya tarik utama Everland selain T Express karena kita bisa mendapat pengalaman menonton konser artis K-Pop secara hologram layaknya konser Hatsune Miku (?), namun karena saya tak terlalu tertarik K-Pop dan bukan penggemar dari artis yang ada, saya pun tak mencoba wahana ini.

Pororo!

K-Pop hologram

Walau waktu saya di Everland singkat, saya cukup menikmati saat di sini. Mengantri wahana pun terasa menyenangkan dengan mendengarkan mereka berbicara bahasa yang hampir tidak saya mengerti mengingat saya baru familiar dengan bahasa ini mulai awal tahun 2014. Kira-kira mirip dengan saya di Hongkong Disneyland 2 tahun lalu, ketika saya familiar dengan bahasa Mandarin tapi hampir tidak saya mengerti artinya kecuali ungkapan-ungkapan sederhana.
Hari sudah malam. Perjalanan di tengah hujan dilanjutkan ke sebuah restoran sederhana. Menurut guide kami, restoran ini menyajikan sup ayam ginseng yang sangat enak. Tapi, ginseng yang ada di sana hanya seruas jari saja alias yang masih kecil. Setidaknya, kita bisa tahu rasa ginseng seperti apa.
Sup sudah ada di atas meja ketika kami tiba di restoran. Sup ini berukuran besar dengan satu ekor ayam kecil utuh disajikan per porsinya. Setelah menambahkan bumbu secukupnya, saya mulai makan.
Ayamnya lumayan enak, seperti ayam tim yang sering saya makan di rumah. Kuahnya sangat enak. Apalagi, di dalam ayam ini ada nasi putih dan ginseng, yang saya tidak tahu bagaimana mereka bisa memasukkan nasi dan ginseng ke dalam ayam itu. Ginseng ternyata enak sekali, dan entah saya beruntung atau apa, saya menemukan dua ruas ginseng di dalam sup saya sedangkan adik saya tidak mendapat seruas pun ginseng di dalam supnya. Hahaha.

Sup ayam ginseng. Enak!
Setelah kenyang, kami berangkat ke Dongdaemun Market. Kami langsung dibawa ke daerah mall di daerah yang khusus diperuntukkan untuk turis asal Indonesia, karena pegawainya bisa bahasa Indonesia. Sayangnya, saya tak bisa ke daerah pasar di Dongdaemun, hanya di mallnya saja, padahal saya sempat browsing dan katanya pasar di Dongdaemun harga suvenirnya lebih murah.
Kami membeli banyak rumput laut kering di sana, dan juga beberapa bungkus rice cake aneka rasa yang sangat enak. Selain itu, saya juga membeli barang untuk teman saya dan aksesori lainnya, seperti bolpoin, kipas, dan botol parfum. Tapi, hal yang menggoda saya adalah kaos Running Man, yang saya langsung beli di situ. Sayangnya kaos itu sepertinya bukan official, tapi tak apalah karena harganya cukup murah. Di toko itu, dijual juga pernak-pernik K-Pop dan Running Man mulai dari kalender, notebook, dan sebagainya. Ternyata Running Man lumayan terkenal juga sampai banyak merchandisenya, pikir saya waktu itu, karena memang di Korea Selatan rating Running Man sedang rendah-rendahnya.
Salah satu sudut toko suvenir di Dongdaemun Market
Malam itu, saya menginap di hotel Golden Forest, hotel yang cukup kecil di dekat Dongdaemun Market. Kamar tempat saya menginap tak sampai setengah dari kamar di The Class 300, tapi tetap nyaman untuk ditinggali. Apalagi ada wifi yang lumayan kencang.
Hari itu berakhir, dan dilanjutkan pada hari keempat.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Tentang Shii

Setelah melihat blog ini dari awal sampai akhir saya baru menyadari bahwa belum ada entri yang menampilkan tentang profil saya kecuali yang ada di bagian profil. (Buset telat amat nyadarnya!!!) Karenanya saya akan menuliskan entri ini, yah walaupun amat sangat super duper hyper telat sekali banget (ada kata-kata lain yang lebih lebay?) saya akan memperkenalkan secara singkat, siapa sih Shii itu? Shii (atau yang di dunia nyata lebih dikenal dengan sebutan *****-nama disensor-) adalah manusia yang merasa dirinya alien atau sekurang-kurangnya, anak indigo, lah... *untuk yang terakhir ini saya sendiri tidak tahu pasti kebenarannya, jangan-jangan benar anak indigo?* Jika kalian melihat ada seseorang yang dianggap aneh atau merasa dirinya aneh di sekitar kalian, kemungkinan itu adalah Shii. Nama Shii diambil dari nama aslinya yaitu *******. Shii baginya dianggap nama yang simpel namun punya banyak arti. Nama Shii itu sendiri tercetus tidak sengaja ketika sedang melamun di kamarnya pada suatu

Tes Masuk Atmajaya (1)

Daripada freak dengan bilang "saya ikut tes masuk universitas berinisial A" yang sok-sokan disensor, mending saya langsung beberkan saja nama universitasnya, ya... Jadi, pada tanggal 21 November yang lalu, dengan merelakan batalnya photo session dan tidak hadirnya saya ke UNJ (dimana semua forum yang saya ikuti mengadakan gath disana) juga kerja kelompok sekolah, saya mengikuti tes masuk universitas yang punya 2 tempat (satu di sebelah Plaza Semanggi dan satunya lagi di seberang Emporium Pluit) selain di Jogjakarta ini. Karena dalam pikiran saya sudah penuh dengan kata-kata seperti "Kalo ga lulus tes ini, kamu ga bisa ikut bonenkai di RRI tanggal 12 Desember karena harus ikut tes FKG Trisakti" maka saya memutuskan agar meluluskan tes ini. Lagipula, saya sudah punya tekad, kalau saya diterima di suatu universitas, saya akan menjadi anggota klub jejepangan di sana dan menjadi panitia J-event. Dulu Atmajaya pernah mengadakan J-event, jadi tugas saya adalah menghidupkan

Junjou Romantica (Season 1 dan 2)

Sepertinya sudah lumayan lama saya tidak me-review anime, dan sekarang saya kembali akan me-review sebuah anime, kali ini dari genre yaoi/boy's love (BL). Anime ini memang sudah lama (sekitar 2-3 tahun lalu), tapi saya baru menontonnya akhir-akhir ini karena baru sempat mendownload, dan juga saya baru mengenal yaoi sejak pertengahan 2008. Walau temanya yaoi, tapi menurut saya tak ditampilkan terlalu eksplisit seperti halnya anime yaoi pada umumnya. Jadi, yah... cocok untuk segala kalangan, asalkan tidak keberatan dengan tema BL, tentu saja. Cerita dari anime ini berpusat pada 3 pasangan utama yang saling berkaitan satu sama lain, yakni: 1. Junjou Romantica: Misaki Takahashi (mahasiswa tingkat pertama universitas Mitsuhashi jurusan ekonomi) dan Usami Akihiko (penulis novel yang terkenal, memenangkan penghargaan, namun sangat disayangkan (?) beberapa karya novelnya bertemakan BL). Misaki mendapatkan nilai yang jelek saat persiapan tes masuk Universitas Mitsuhashi, jadi Takahiro, kaka