Langsung ke konten utama

Tur Korea (Pengantar) - Di-PHP Asiana Airlines

Rencananya akan menulis sejumlah entri mengenai tur Korea, kemudian menulis mengenai review anime, album, dan buku, yang sudah lama tak ditulis.
Baiklah kita mulai dengan tur Korea. Karena di tab saya tidak ada foto, maka foto akan diupload menyusul.

Beberapa waktu lalu, saya dan keluarga berkesempatan untuk mengunjungi Korea Selatan. Persiapannya cenderung singkat, yaitu 3 minggu sudah termasuk waktu pengurusan visa. Saya telah mengunjungi sejumlah agen perjalanan, namun ternyata hanya satu agen yang bersedia membuatkan visa Korea dengan waktu yang tersisa.
Singkat cerita, administrasi sudah diurus, uang tur sudah dibayar. Kemudian, 2 minggu sebelum tur, saya bermimpi aneh. Saya sedang menaiki Asiana Airlines perjalanan Jakarta ke Incheon. Suasana waktu itu malam hari, persis seperti yang akan saya bayangkan saat akan pergi, yang memang dijadwalkan menggunakan Asiana. Namun, ternyata di tengah perjalanan, pesawat kami rusak dan tiba-tiba semuanya gelap. Saya pun terbangun.

2 minggu berlalu, dan tibalah tanggal 3 Agustus 2014.
Malam hari, setelah menggeluti hobi baru saya yaitu membuat kartu pos, saya berangkat ke bandara kira-kira jam 7 malam. Sebelumnya, ada insiden, yaitu koper milik ayah saya terkunci dan tak bisa dibuka, sehingga kami harus mengganti koper baru. Namun, berkat lalu lintas yang lancar, akhirnya kami sampai juga di Bandara Soekarno-Hatta sekitar jam 8 malam. Pertama, kami menuju daerah dekat ATM BCA untuk bertemu tour leader kami. Setelah itu, kami pamit makan.


Bandara di malam hari

Saat saya menuju lounge untuk makan malam, sebenarnya saya mulai berfirasat tidak enak karena teringat mimpi 2 minggu sebelumnya. Kebetulan, makan malam di lounge saat itu juga tak seenak saat terakhir kali saya ke sana. Saya pun memutuskan untuk makan kue saja, yang rasanya sebenarnya biasa saja karena saya memang tak suka kue.
Jam setengah sepuluh, setelah cukup kenyang, saya dan keluarga yang sudah selesai makan malam di lounge pun menuju ruang tunggu bandara. Kami pun hendak masuk ke ruang tunggu, sebelum akhirnya bertemu tour leader kami. Ia mengabarkan bahwa pesawat kami, Asiana Airlines, kemungkinan akan ditunda keberangkatannya dari semula jam 11 malam, karena mengalami masalah. Dalam hati, saya mulai merasa mimpi saya dapat mungkin terwujud. Masuk ke ruang tunggu, saya menuju toilet dan di sana saya berdoa dalam hati semoga mimpi saya tak terwujud.
Kemudian saya masuk ke ruang tunggu dan menunggu. Ibu saya, yang memang pernah hampir mengalami kecelakaan pesawat, mulai panik. Saya mencoba menenangkan diri dengan membaca buku fanfiction Running Man.
Pukul 11 malam tiba. Belum ada tanda-tanda pesawat berangkat. Sekitar jam setengah dua belas malam, saya, adik saya dan ayah saya menghampiri pilot dan kopilot Asiana tersebut, yang sedang berbicara dengan seorang Indonesia. Kami menanyakan perihal pesawat yang tak kunjung berangkat. Karena bahasa Korea saya amat sangat terbatas sekali, kami menggunakan bahasa Inggris. Dari situ kami mendapat info bahwa roda depan pesawat mengalami masalah, dan jika dipaksakan berangkat maka bukannya tak mungkin akan terjadi masalah saat pendaratan. Dan dari situ pula, kami mengetahui bahwa orang Indonesia yang sedang bercakap dengan pilot dan kopilot Asiana tersebut adalah pilot Asiana yang akan kembali ke Korea Selatan untuk bekerja setelah menghabiskan waktunya di Indonesia untuk libur Lebaran. Beliau pernah bekerja di Garuda Indonesia juga sebelum di Asiana. Lalu, beliau dalam bahasa Indonesia menjelaskan pada kami mengenai keselamatan dalam penerbangan. Mungkin dikiranya kami belum pernah naik pesawat? Hehe.
Beberapa menit kemudian, pilot dan kopilot Asiana beserta pramugarinya berjalan ke pesawat. Dan tak lama setelah itu, pihak Asiana memberikan kami selimut (yang kemudian salah satu diantara selimut tersebut terbawa oleh saya sampai kembali ke rumah :p).
Kira-kira satu jam berlalu, para penumpang Asiana dipanggil berkumpul di meja depan ruang tunggu. Kami disediakan kue dan minuman (teh hangat, jus jeruk, air mineral), dan kami dijelaskan bahwa kami diberikan 2 pilihan: naik pesawat Asiana penerbangan yang sama esok malamnya dan diberi penginapan gratis semalam, atau naik pesawat Korea Air yang akan berangkat besok pagi tanpa penginapan. Setelah berdiskusi dengan seluruh peserta tur, akhirnya tour leader kami memutuskan akan pergi naik Korea Air besok paginya dengan konsekuensi ada acara yang dipotong (sebelumnya ia sempat menawarkan ke kami alternatif untuk berbelanja di Myeongdong dan ke Lotte World, bukannya Dongdaemun dan Everland seperti yang tercantum di buku tur).
Sekitar jam 1 pagi atau 2 pagi saya agak lupa, kami pergi meninggalkan ruang tunggu dan kami yang naik Korea Air ditempatkan di beberapa lounge terpisah. Rombongan tur kami, pilot Asiana yang orang Indonesia, dan beberapa lainnya ditempatkan di lounge di bawah Batik Keris. Saat berjalan menuju lounge, saya menemukan pemandangan menarik.


Pemandangan bandara dini hari. Sepi, ya?

Kami mencari tempat yang nyaman di lounge tersebut. Lounge itu tidak terlalu besar, nyaman, namun memang tak ditakdirkan menjadi tempat untuk tidur. Kami disediakan makanan dan minuman mulai dari yang instan seperti Pop Mie dan Milo, sampai makanan seperti bakso atau nasi.
Setelah menghabiskan beberapa makanan dan minuman, saya mengambil beberapa bangku dan tidur, setelah sebelumnya menerima surat pembatalan penerbangan. Saya menitipkan tablet saya pada petugas lounge untuk dicharge. Jam setengah 5 pagi atau jam 5 pagi saya agak lupa, saya terbangun karena suara pengumuman panggilan boarding call pesawat. Saya naik ke Batik Keris, hendak melihat pemandangan bandara subuh-subuh. Dan saat itu saya melihat dari kejauhan pilot, kopilot, dan pramugari pesawat Asiana yang saya tumpangi berjalan melewati Batik Keris menuju pintu keluar. Dalam hati, saya lega. Mimpi buruk saya tak terjadi hari itu.



Surat pembatalan penerbangan

Pagi hari tiba. Kami yang ditempatkan di lounge berjalan ke pintu keluar imigrasi. Pihak Asiana menjelaskan dalam bahasa Korea kepada penumpang asal Korea yang sayangnya saya belum mengerti. Barulah di saat check-in Korea Air, apa yang dijelaskan tadi terjawab. Intinya, tak semua penumpang yang direncanakan naik Korea Air pagi itu bisa terangkut semua. Sontak terjadilah keributan antara warga Indonesia yang menginap di lounge, yang tak mengerti bahasa Korea, dengan pihak Asiana. Salah satu rombongan Indonesia bahkan merupakan perwakilan dari pertukaran budaya Korea-Indonesia dan akan tampil di Korea Senin malam itu. Namun, setelah perdebatan yang alot, kami pun diberikan 2 alternatif oleh tour leader kami: naik Asiana nanti malamnya dan tour-nya di-extend 1 hari, atau naik Singapore Airlines jam 9 pagi, sampai malam hari karena transit lebih dahulu di Singapore, dan tour tidak di-extend. Karena takut ditunda lagi, akhirnya kami, para peserta tur, memilih pilihan kedua. Setelah sarapan singkat di lounge, kami menuju ruang tunggu dan kemudian berangkat.


Pemandangan dari pesawat

(Bersambung ke part 1)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Tentang Shii

Setelah melihat blog ini dari awal sampai akhir saya baru menyadari bahwa belum ada entri yang menampilkan tentang profil saya kecuali yang ada di bagian profil. (Buset telat amat nyadarnya!!!) Karenanya saya akan menuliskan entri ini, yah walaupun amat sangat super duper hyper telat sekali banget (ada kata-kata lain yang lebih lebay?) saya akan memperkenalkan secara singkat, siapa sih Shii itu? Shii (atau yang di dunia nyata lebih dikenal dengan sebutan *****-nama disensor-) adalah manusia yang merasa dirinya alien atau sekurang-kurangnya, anak indigo, lah... *untuk yang terakhir ini saya sendiri tidak tahu pasti kebenarannya, jangan-jangan benar anak indigo?* Jika kalian melihat ada seseorang yang dianggap aneh atau merasa dirinya aneh di sekitar kalian, kemungkinan itu adalah Shii. Nama Shii diambil dari nama aslinya yaitu *******. Shii baginya dianggap nama yang simpel namun punya banyak arti. Nama Shii itu sendiri tercetus tidak sengaja ketika sedang melamun di kamarnya pada suatu

Tes Masuk Atmajaya (1)

Daripada freak dengan bilang "saya ikut tes masuk universitas berinisial A" yang sok-sokan disensor, mending saya langsung beberkan saja nama universitasnya, ya... Jadi, pada tanggal 21 November yang lalu, dengan merelakan batalnya photo session dan tidak hadirnya saya ke UNJ (dimana semua forum yang saya ikuti mengadakan gath disana) juga kerja kelompok sekolah, saya mengikuti tes masuk universitas yang punya 2 tempat (satu di sebelah Plaza Semanggi dan satunya lagi di seberang Emporium Pluit) selain di Jogjakarta ini. Karena dalam pikiran saya sudah penuh dengan kata-kata seperti "Kalo ga lulus tes ini, kamu ga bisa ikut bonenkai di RRI tanggal 12 Desember karena harus ikut tes FKG Trisakti" maka saya memutuskan agar meluluskan tes ini. Lagipula, saya sudah punya tekad, kalau saya diterima di suatu universitas, saya akan menjadi anggota klub jejepangan di sana dan menjadi panitia J-event. Dulu Atmajaya pernah mengadakan J-event, jadi tugas saya adalah menghidupkan

Junjou Romantica (Season 1 dan 2)

Sepertinya sudah lumayan lama saya tidak me-review anime, dan sekarang saya kembali akan me-review sebuah anime, kali ini dari genre yaoi/boy's love (BL). Anime ini memang sudah lama (sekitar 2-3 tahun lalu), tapi saya baru menontonnya akhir-akhir ini karena baru sempat mendownload, dan juga saya baru mengenal yaoi sejak pertengahan 2008. Walau temanya yaoi, tapi menurut saya tak ditampilkan terlalu eksplisit seperti halnya anime yaoi pada umumnya. Jadi, yah... cocok untuk segala kalangan, asalkan tidak keberatan dengan tema BL, tentu saja. Cerita dari anime ini berpusat pada 3 pasangan utama yang saling berkaitan satu sama lain, yakni: 1. Junjou Romantica: Misaki Takahashi (mahasiswa tingkat pertama universitas Mitsuhashi jurusan ekonomi) dan Usami Akihiko (penulis novel yang terkenal, memenangkan penghargaan, namun sangat disayangkan (?) beberapa karya novelnya bertemakan BL). Misaki mendapatkan nilai yang jelek saat persiapan tes masuk Universitas Mitsuhashi, jadi Takahiro, kaka